Ahmad Abdul Riat telah bergabung dengan Kopsyah BMI sejak 2009 silam. Bekerja di BMI cukup menyenangkan karena pekerjaannya yang tidak monoton. Jika sudah turun ke lapangan sering kali dia lupa kalau sedang bekerja, seakan-akan hanya kegiatan pengabdian sosial saja. Misalnya saat dia harus menyampaikan suatu pemberian dalam kegiatan sosial seperti santunan dhuafa, santunan kursi roda, berbagi sajadah dan Al-Qur’an ke masjid atau musholah terdekat, ambulan gratis, hingga hibah rumah siap huni.
Dia cukup bersyukur dalam bekerja bisa membantu dirinya sendiri beserta keluarganya, apalagi bisa membantu orang banyak. “Karena manusia itu harusnya bisa bermanfaat untuk sendiri dan orang lain, bagi saya itu cukup. Uang tidak ada cukupnya… Dapat 1 mau 2. Dapat 2 mau 4… Begitu seterusnya.”
Sebagai pimpinan di cabang, Riat mengakui cukup banyak tantangan yang harus dikelola dengan baik. Dalam hal kinerja yang belum tercapai itu pasti akan termasuk tantangan misalnya menghadapi anggota gagal bayar itu harus penuh kesabaran dari berbagai drama di dalamnya.
Bagaimana tips untuk menghadapi persaingan dengan koperasi sejenisnya? Menurut Riat, hingga saat ini BMI masih menjadi primadona di antara pesaing lama atau pesaing yang baru tampil di masyarakat. “Kami tidak begitu risau, BMI masih di hati anggotanya, meskipun keluar nantinya mereka akan kembali lagi kepada BMI.”
Pria kelahiran Tangerang, 07 Oktober 1989 itu mengidolakan dua sosok sebagai panutan dalam hidupnya, yaitu Bagus W.D. Wicaksono (Pengawas Operasional Koperasi BMI Grup), dan Kamaruddin Batubara (Presdir Koperasi BMI Grup). (Trd)