Opini  

Berkurban, Ketaatan Menuju Takwa

Ilustrasi-Foto: Istimewa.

PeluangNews, Jakarta – Umat Islam di seluruh dunia khususnya di Indonesia tengah bersiap menyambut Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.

Wukuf di Arafah atau puncak pelaksanaan ibadah haji jatuh pada 5 Juni 2025. Sedangkan perayaan Idul Adha di Tanah Air pada 6 Juni 2025.

Saat ini di pinggir-pinggir jalan dan bahkan di perkampungan banyak hewan kurban seperti sapi, domba/kambing yang dijajakan kepada konsumen.

Aroma tidak sedap menusuk hidung tatkala kita melintas di jalan yang terdapat kumpulan hewan kurban untuk disembelih di saat perayaan Idul Adha nanti.

Harga-harga hewan kurban bervariasi mulai dari Rp 1.500.000 juta hingga Rp 3.500.000/ekor kambing atau domba. Sedangkan harga sapi dikisaran Rp 16.500.000juta/ekor sapi hingga Rp 33.500.000 juta tergantung dari bobot hewan yang dibeli.

Berkurban hukumnya sunah muakad. Menurut Imam al-Syafi’i dan Imam Malik, bagi umat Islam yang mampu, berkurban dianjurkan agar mendapatkan pahala dan keridhaan Allah SWT. Namun, banyak umat Nabi Muhammad yang tidak memahami makna besar yang terkandung di dalamnya sehingga perayaannya pun hanya berupa rutinitas saja.

Bahkan, sekarang ini ada kesan dari orang yang hartanya berlimpah di saat berkurban ia pamer besarnya hewan kurban yang dibeli. Mereka sengaja dipublikasi agar banyak orang tahu besarnya hewan kurban yang dibelinya.

Berkurban harus dibarengi dengan niat yang tulus hanya karena Allah Swt, bukan untuk diketahui kepada khalayak terkait kemampuan membeli besarnya hewan kurban.

Jika memahami lebih dalam tentang makna hari raya Idul Adha yaitu tentang ketaatan, pengorbanan dan persatuan umat Islam. Tentu kita dapat mengambil banyak pelajaran yang dapat dicontoh untuk mengarungi kehidupan menjadi baik.

Ketaatan dan pengorbanan dalam konteks ini senantiasa menuruti semua perintah Allah Swt, meskipun mesti mengorbankan sesuatu yang paling kita cintai. Dan juga tentang pengorbanan dalam artian sikap mengorbankan apa saja yang kita miliki dan cintai sebagai bukti ketaatan kepada-Nya.

Kisah inspiratif terkait ketaatan total dan pengorbanan sepenuhnya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Salah satu kisah paling menarik adalah kisah ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s. Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail, putranya.

Barangkali ada di antara kita yang menganggap kisah di atas memang luar biasa, tapi tetap saja berat untuk ditiru dikarenakan lakon kisah tersebut adalah seorang nabi.

Mungkin iya berat bagi kita untuk meniru mentalitas Nabi Ibrahim a.s yang dengan teguh menjalankan perintah Tuhannya, akan tetapi sangat besar peluang bagi kita untuk meniru dan mencontoh mentalitas Ismail muda, yang ketika itu belum diangkat menjadi nabi, dalam hal ketaatan kepada perintah Allah Swt.

Dan pelajaran terpenting dari ibadah haji ini adalah pesan persatuan umat Islam. Pesan ini tampak jelas sekali. Jemaah haji akan dapat menyaksikan berkumpulnya umat Islam dari seluruh pelosok dunia untuk melakukan ibadah yang sama, zikir sama, di tempat yang sama dan dengan busana ihram yang sama tanpa mempedulikan lagi batasan negara bangsa, perbedaan suku, warna kulit dan bangsa.

Berkumpulnya jemaah haji dengan sesama muslim dari seluruh pelosok dunia akan menyadarkan mereka, bahwa yang mempersatukan umat Islam hanya satu faktor saja, tidak lebih, yaitu agama Allah (Islam).

Untuk itu, sebagai muslim sudah saatnya kita memahami makna besar di balik perayaan Idul Adha di setiap tahunnya dengan tidak menjadikannya sebagai rutinitas semata.

Semoga dari perayaan Idul Adha, kita menjadi hamba-hamba Allah Swt yang taat dan ikhlas dalam menjalankan segala perintah-Nya agar kita menjadi orang bertakwa. Amin ya Rabbalalamin []

Exit mobile version