checkup-dokter keuangan
checkup-dokter keuangan
octa vaganza

Berkibar di Pasar Purnabakti

Selama 20 tahun beroperasi, usaha KSP NASARI yang berfokus pada pembiayaan segmen purnabakti semakin berkembang dan dipercaya anggota. Semangat kepedulian yang menjadi nilai dasar pembentukan koperasi ini pun tetap lestari.

Krisis 1998 menjadi lembaran hitam dalam sejarah ekonomi politik Indonesia. Krisis menyebabkan jutaan orang menganggur karena tempat bekerjanya bangkrut dan nilai tukar rupiah ambruk dihadapan dollar AS. Dalam waktu sekejap, banyak orang jatuh miskin dan kehilangan harapan terhadap masa depan. Namun tidak demikian halnya dengan Sahala Panggabean. Ia justru melihat di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Berbekal pengalamannya selama bekerja di sebuah lembaga perbankan, Sahala lantas mendirikan KSP NASARI pada 31 Agustus 1998 di Semarang Jawa Tengah.

Saat itu, pendirian koperasi memang sedang euforia karena  Pemerintah memberi kemudahan izin untuk mendirikan koperasi. Akibatnya jumlah koperasi membengkak hingga 100 ribu unit.  Motif pendirian koperasi bermacam-macam. Ada yang ingin membangun usaha bersama dengan memanfaatkan modal berbunga murah dari pemerintah, ada yang cuma latah berkoperasi, dan ada pula yang hanya sekadar ingin mendapatkan dana hibah.

Namun tidak demikian halnya dengan KSP NASARI. Koperasi yang didirikan Sahala itu  berdiri di atas visi dan misi yang ideal,  jauh dari sifat coba-coba apalagi  hanya ingin memanfaatkan peluang dana murah pemerintah.  Pendirian KSP Nasari didasari niat yang luhur untuk saling menolong mereka yang sedang kesulitan. Semangat dan nilai itu tertera jelas dalam nama yang dipilih. Nasari dalam bahasa Batak bermakna Peduli. Sahala tahu persis akibat krisis banyak orang yang kesulitan untuk meminjam dana perbankan.  Alih-alih meminjamkan dana, industri perbankan sendiri banyak yang kolaps sebelum akhirnya pemerintah turun tangan. “Kami ingin berbagi dengan mereka yang terabaikan dan kesulitan dalam mengakses modal usaha dari bank,” ujar Sahala, pria kelahiran Tarutung Sumatera Utara, 3 April 1950.

Sejak awal, KSP NASARI memang membidik pasar pembiayaan purnabakti dari golongan pegawai negeri sipil (PNS), Polri dan TNI. Pasar yang mungkin dalam benak sebagian besar orang awam dianggap sudah tidak produktif.  Namun disinilah kejelian Sahala diuji. Dalam pandangannya meski pasar tersebut sangat terbatas (niche market), namun potensinya besar.

20 tahun kemudian, pilihan bisnis Sahala terbukti jitu. Kini, KSP NASARI menjadi pemain utama dalam pembiayaan di pasar purnabakti.  Jaringan pelayanannya pun sudah menyebar di berbagai wilayah Provinsi antara lain  Daerah Istimewa Yogyakarta,  Jawa Barat,  Jawa Timur, Daerah khusus ibu kota Jakarta, Banten, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Kalimatan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.

Perluasan jaringan pelayanan juga diikuti dengan kepercayaan anggota yang terus meningkat. Sampai Juli 2018, jumlah anggota KSP Nasari sebanyak 23.285 orang, naik dibanding 2015 sebesar 9.560 orang. Dukungan anggota ini sangat penting untuk menjaga eksistensi koperasi.

Sejalan dengan peningkatan kepercayaan anggota, kinerja KSP NASARI pun semakin kinclong. Dalam tiga tahun terakhir, seluruh indikator keuangan utama mengalami kenaikan positif.  Sampai akhir tahun lalu, penyaluran kredit sebesar Rp254,53 miliar, tumbuh dibanding 2015 yang sebesar Rp168,21 miliar. Sedangkan per Juli 2018, angkanya mencapai Rp122,02 miliar. Simpanan pada 2017 sebesar Rp400,23 miliar, naik dibaning 2015 Rp329,48 miliar. Per Juli 2018, jumlah simpanan menjadi Rp421,05 miliar.

Sahala menambahkan, dirinya merasa senang karena semangat Peduli yang menjadi nilai dasar KSP NASARI tetap terjaga. Selain itu, kehadiran Koperasi juga telah membantu pemerintah dalam mendistribusikan kesejahteraan yang lebih merata.  “Kami sudah cukup bangga jika melihat para pensiunan dan keluarganya merasa tertolong oleh kehadiran KSP NASARI,” pungkasnya.