Fenti Ferdianti dan produk suvenir flanelnya-Foto: Dokumentasi Pribadi.
BOGOR—-Hadiah ulang tahun yang tidak akan terlupakan oleh Fenti Ferdianti adalah dua boneka beruang masing-masing bernama Si Nyunyu dan Si Micu. Yang memberikannya adalah pacarnya yang kemudian menjadi suaminya. Kini nama Nyunyu Micu menjadi brand usaha kerajinan suvenir yang dikelola ibu dari dua anak ini.
Fenti sudah mulai mencoba membuat kerajinan flanel ketika masih duduk di bangku SMA sekitar 2006. Produk berupa gantungan kunci dengan modal Rp50 ribu dari uang jajan, kemudian dijual ke teman-teman sekolahnya. Inspirasinya drai mjalah remaja. Ketika dia duduk di bangku kuliah D3 Komunikasi Institut Pertanian Bogor, usahanya vakum.
Pada 2010, setelah lulus kuliah Fenti mulai berjualan lagi. Inspirasinya waktu itu liat di majalah remaja. Fenti memilih memproduksi suvenir berbahan flannel, karena waktu itu belum banyak orang yang buat.
“Jjadi menurut saya ini peluang. Selain itu bahan flanel harganya murah, mudah didapat dan karena sifat kainnya yang tidak berudul jadi lebih mudah mengkreasikannya jadi aneka produk,” ujar Fenti.
Nyunyu Micu mampu produksi per bulan untuk keseluruhan produk 100-500 buah tergantung order yang masuk dengan harga dari 10-250 ribu rupiah. Omzet tertinggi yang pernah diraihnya sekitar Rp5 juta.
“Sampai saat ini belum jadi sumber penghasilan utama, karena punya dua anak yang masih di bawah 5 tahun ,” ungkap perempuan kelahiran 25 Februari 1989 ini.
Untuk saat ini pemasaran boneka flanelnya masih di Indonesia secara daring (online). Tapi ;anutu Fenti ada beberapa orang Indonesia yang bawa boneka flanel Nyunyu Micu ke Jeddah, Riyadh, Qatar. Ada juga buyer dari Malaysia yang membeli produk Nyunyu Micu saat pameran di Inacraft beberapa taun silam.
“Rencana ke depan ingin mempunyai toko offline sendiri yang isinya semua produk buatan Nyunyu Micu. Satu lagi ke depannya ingin terus berkecimpung di kerajinan flanel dengan membuat inovasi-inovasi baru sehingga bisa terus diminati oleh semua kalangan umur seiring berkembangnya zaman,” tutupnya (Irvan Sjafari).