octa vaganza

Berkat Kerudung Lukis Cantik, Amniyati Kibarkan Bendera Bekasi di Malaysia

BEKASI—-Sejak 2013 Amniyati memutuskan untuk berhenti bekerja karena anak-anaknya sudah besar dan butuh perhatian. Namun karena biasa pegang uang dan tidak biasa juga minta suami, Amniyati mecoba menggeluti dunia wirausaha.

Ketika dia bersilaturahmi ke rumah sepupunya di Kota Bandung,  dia mengunjungi sebuah kawasan tekstil dan dengan uang Rp500 ribu dia memborong sejumlah kain.  Dari kain itu Aminiyati membuka lapak di pasar kaget dekat rumahnya di kawasan Bekasi. 

Kerudung sentuhan tangannya dilukis dengan berbagai motif untuk membedakannya dengan kerudung UMKM lainnya. Pada 2013 itu sedang booming hijaber. Kerudung kreasinya tandas dan dia meraup Rp2,4 juta.

“Salah satu produk andalan saya adalah pasmina untuk segmen menengah. Saya juga buka gerai di Thamrin City Tanah Abang. Harga kerudung saya Rp500 ribu hingga Rp1,2 juta per kodi,” ungkap Aminiyati ketika dihubungi Peluang, Rabu (24/7/19).

Untuk menambah daya saing produknya dia mengikuti program pencetakan 100.000 Wirausaha Baru yang digagas oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Dedah terdafar di bidang konveksi di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Dinas KUMKM) provinsi Jawa Barat.

Dia mendapatkan pelatihan selama 5 hari,  termasuk ilmu proses produksi dari perusahaan konveksi yang sudah besar.

Keputusan Amniyati untuk berwirausaha tepat. Sang Suami bahkan ikut berhenti kerja sebagai kontraktor untuk membantu bisnis yang lebih menguntungkan ini. Dalam sebulan di bawah bendera Amniyati Warddrobe, bisnisnya mendapatkan omzet rata-rata  Rp300 juta per bulan.

“Saya pernah mendapatkan kesempatan mewakili Bekasi untuk pameran di Malaysia.  Namun saya justru mendapat buyer untuk baju kokoh,” ujar Aminiyati.

Karena bisnisnya besar, kios di sebelah rumahnya tidak snaggup lagi untuk produksi. Konvensinya dipindahkan ke Cianjur. Total Aminiya Warddrobe mempekerjakan tujuh karyawan.

“Ke depan, saya merencanakan membuka gerai di Lampung, di mana daerah itu menjadi pasar utama produksi saya antara Rp150 hingga Rp200 juta,” pungkasnya (Irvan Sjafari).

Exit mobile version