octa vaganza

Berkah Madu Alam, Muhidin Jadi Pengusaha Barokah

Muhidin (paling depan) bersama produk madunya dalam sebuah pameran-Foto: Dokumentasi Pribadi.

MAJALENGKA—Gagal di usaha kredit dan harian berlanjut di bidang moneter yang cukup lama digelutinya, tidak membuat Muhidin putus asa dalam keterpurukan. Walau pendidikannya hanya tamatan SD, Muhidin terus berjibaku dan kemudian mendapatkan kesempatan bekerja di Peternakan Tapos pada 1998 milik keluarga Soeharto.

Oleh pihak keluarga, Pria kelahiran 1974 ini dipercaya menjadi bagian penagihan di bidang holtikultura untuk wilayah di luar Jawa, terutama Sumatera dan Kalimantan.  Muhidin berkenalan dengan madu alam yang kemudian dia kembangkan di Kabupaten Majalengka.

“Ternyata responnya bagus. Banyak konsumen yang suka,” ujar Muhidin kepada Peluang, Rabu (15/8/2018).

Tekad dan upayanya mendapatkan dukungan dari Pemkab Majalengka. Hasilnya pada 2013 ia mendapat pinjaman Rp15 juta dan dalam waktu tujuh bulan balik modal dan mengajukan pinjaman lagi sebesar Rp50 juta dan kembali balik modal dalam jangka waktu yang sama, begitu seterusnya dan terakhir difasilitasi BNI Rp500 juta.

“Boleh dibilang sudah Break Event Point,kini membeli investasi berupa tanah dan kendaraan. Kami pernah mendapatkan omzet tertinggi Rp1 miliar per bulan.  Namun pada tahun terakhir ini karena ekonomi memang lesu hanya Rp500 juta per bulan,” papar owner dari CV Madu Alam Barokah ini.

Produk madu dijual secara daring (online) hingga konsinyasi, maupun menggunakan agen dan distributor. Harga sebotol madu untuk 350 mili liter untuk konsumen dibandroll Rp95 ribu, sementara yang 1000 mili liter dijual Rp250 ribu.

Menurut ayah dari dua anak ini, kelebihan madu CV Madu Alam Barokah karena konsumen merasa madu yang ternak lebah yang diambil dari Sumatera dan Kalimantan lebih sehat, terutama bagi pasien diabetes.  Kadar airnya 21-22%, di bawah  ketentuan SNI 25% (maksimal), hingga mutunya lebih baik.

Produk madu CV Madu alam Barokah-dokumentasi pribadi.

“Ke depannya kami akan mengembangkan lempeng (semacam) durian yang banyak terdapat di Majalengka, dengan madu sebagai pengawen,” tekadnya (Irvan Sjafari).

 

 

Exit mobile version