hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Bercengkrama dengan Dolanan Dirgantara

            Layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan ini. Siapa nyana kita punya pelayang yang membukukan dua kali juara dunia?

ALAY di sini singkatan dari Anak Layangan. Bukan remaja tanggung berdandan lebay yang jadi penari latar di program musik sebuah stasiun televisi. Itu alay dalam arti yang kurang sedap, yang identik dengan perilaku kampungan dan nora’. Di sini, Alay adalah komunitas pencinta layang-layang dengan tingkat kesukaan tinggi. Lebih dari sekadar permainan yang dilakukan oleh kebanyakan orang di usia tertentu.

Menariknya, festival layang-layang merupakan event yang sedang digencarkan pemerintah Indonesia. Maka, selain menjadi wadah bagi komunitas pecinta layangan, komunitas Alay di berbagai kota di Tanah Air juga berperan mengenalkan destinasi wisata yang indah di kancah internasional.

Anak Layangan ini tidak segan mengocek kantong sangat dalam demi membuat sebuah layangan yang bagus. Harga sebuah layangan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Seorang pelayang atau Alay kudu menyiapkan diri dengan pengetahuan teknis. Dari bahan-bahan untuk membuat layangan, jenis benang, perkiraan angin, hingga teknis menerbangkan layang-layang berbagai ukuran.

Seorang Alay yang sukses bisa dengan mudah pergi ke luar negeri untuk mengikuti lomba-lomba maupun festival layangan. Jika mereka sudah mempunyai nama yang besar di ajang internasional, mereka tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk bertandang ke negara lain. mereka diundang dan diakomodasi dari tiket perjalanan hingga kebutuhan selama di negara tersebut.

Seberapa meriah bentuk dan corak layang-layang yang dipertandingkan? Jika penasaran untuk melihat layang-layang yang unik, datangi saja festival layang-layang yang ada di Indonesia, seperti di Bali, Lampung, Yogyakarta, dan Purworejo. Festival layang-layang di kota-kota tersebut juga sudah diikuti peserta tingkat internasional.

Mau yang lebih lengkap? Kunjungi Museum Layang-layang  di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini merupakan museum layang-layang pertama di Indonesia. Jumlah koleksinya 600-an buah, yang terus bertambah seiring datangnya koleksi-koleksi baru dari para pelayang daerah dan luar negeri. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB, kecuali hari libur nasional.

Layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Museum Layang-layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo.

Selain berasal dari Indonesia saja, museum ini juga dilengkapi koleksi layang-layang dari Tiongkok, Jepang, Belanda, Vietnam dan beberapa negara lainnya. Mulai dari layang-layang miniatur yang berukuran 2 sentimeter, hingga yang berukuran besar. Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di Tanah Air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter.●(dd)

pasang iklan di sini