Jadi blokade pertahanan hingga masa kolonial Hindia Belanda, zaman Jepang dan era perang kemerdekaan. Lalu menjadi markas Polri. Kembali diduduki Belanda. Menjadi markas TNI-AD, dan sejak 1977 berstatus cagar budaya.
Peninggalan Inggris paling monumental di Kota Bengkulu adalah Benteng Marlborough. Posisinya di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota Bengkulu, memunggungi Samudera Hindia.
Dilihat dari atas, Benteng Marlborough tampak seperti kura-kura: kepala kura-kura adalah pintu utama, badannya ya benteng itu sendiri. Bentuknya tipikal benteng-benteng Eropa.
Benteng ini dikelilingi parit buatan. Dari atas sudut benteng pengunjung bisa menikmati pemandangan berupa hamparan laut lepas biru, berhiaskan pohon cemara pada sepanjang pantai Tapak Padri yang bersambung ke Pantai Panjang.
Setelah berwisata ria di Pantai Panjang, Museum Negeri Bengkulu, dan Rumah Pengasingan Bung Karno, alangkah eloknya jika anda sempatkan berkunjung ke jejak dominasi Inggris masa lalu ini.
Ketika pertama masuk, suasana djadoel ala abad ke-17 langsung menyergap. Lalu, anda disambut prasasti kuno dengan tulisan klasik ala British. Prasasti ini sengaja dipindahkan ke bagian dalam pintu masuk.
Saat memasuki benteng, pengunjung (jika datang berombongan dalam paket tour) disambut dengan tarian adat Bengkulu dan musik Dol. Tarian Sekapur Sirih ini biasanya dipersembahkan untuk tamu kehormatan adat. Dewasa ini, tarian ini digunakan juga sebagai ritual penyambutan tamu dari luar Bengkulu.
Benteng Marlborough didirikan oleh East India Company (EIC) tahun 1714-1719, dipimpin Gubernur Joseph Callet, sebagai basis pertahanan. Terletak di tanah 44.100 meter2, berdiri 8,5 meter dpl. Ukuran fisiknya 240 x 170 meter.
Ketinggian dinding 8,0-8,50 meter, dengan ketebalan 1,85-3 meter. Memuat 72 meriam. Di dalam benteng terdapat beberapa baris bangunan dengan atap berbentuk segitiga dan teras dengan bertiang besi. Di bagian tengah benteng ada lapangan hampir setengah ukuran lapangan sepak bola.
Inilah benteng terkuat kedua Inggris di Wilayah Timur, setelah Fort St. George di Madras, India. Ini pula basis pertahanan Inggris terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Nama Fort Marlborough merujuk pada nama Duke of Marlborough I, pahlawan dalam perang Inggris-Prancis. Di bawah komando sang Gubernur Jenderal, Joseph Collett, benteng ini jadi tumbuh basis pertahanan yang amat tangguh di British Bencoolen.
Perilaku congkak penguasa membuat rakyat Bengkulu marah dan membakar benteng. Bule-bule Eropa itu mengungsi ke Madras. Mereka kembali tahun 1724, setelah kedua pihak menyepakati perjanjian damai. Tahun 1793, Malborough kembali diserang rakyat.
Seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Pada tahun 1807, Residen Thomas Parr juga tewas. Oleh pemerintah Inggris, keduanya diperingati dengan mendirikan monumen-monumen di Kota Bengkulu.
Benteng Marlborough masih berfungsi sebagai blokade pertahanan hingga masa kolonial Hindia Belanda, 1825-1942, Jepang 1942-1945, dan era perang kemerdekaan. Sejak Jepang kalah hingga 1948, benteng itu menjadi markas Polri. Pada tahun 1949-1950, benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda.
Setelah tahun 1950, Marlborough menjadi markas TNI-AD. Tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan statusnya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Apa sebab Inggris tak melanjutkan penjajahannya di Indonesia? Mereka barter wilayah. Pada 17 Maret 1824, Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Melayu kepada Inggris. Di pihak lain, Inggris menyerahkan kekuasaannya di Bengkulu dan seluruh kepemilikannya di Pulau Sumatera kepada Belanda.
Perjanjian di London itu dikenal dengan Traktat London. Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn.
Kota Bengkulu menjadi bukti sejarah panjang pendudukan Inggris. Perintisnya adalah kongsi dagang. Merekaa masuk ke negeri yang dahulunya disebut Bangkahulu itu untuk mengambil hasil bumi berupa kopi dan rempah-rempah serta membangun perkebunan pohon getah jarak dan merica.
Kongsi dagang itu terus berkembang hingga Inggris memutuskan menjadikan Bengkulu sebagai wilayah pertahanan, sekaligus unjuk kekuatan militer.
Simbol kekuasaan Inggris yang utama adalah Fort Marlborough. Benteng itu dibangun di kawasan strategis menghadap Samudra Hindia di atas bukit buatan. Ada dua buah jembatan sepanjang 20 meter harus dilalui sebelum kita masuk ke pintu utama bangunan melingkar tersebut.
Pada sisi selatan terdapat makam Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Parr, istrinya Francess Parr, dan asisten setianya, Carles Murray. Di tengah benteng terdapat lapangan luas dengan beberapa meriam berderet, dipisahkan segaris jalan.
Mereka bertiga dimakamkan berdampingan setelah terbunuh dalam satu serangan mendadak di kediamannya, 23 Desember 1807. Parr tewas dalam serangan warga sipil di kediamannya di Mount Felix—yang kini digunakan sebagai kediaman resmi Gubernur Bengkulu.
Namanya berubah menjadi Balai Raya Semarak Bengkulu. Warga marah sebagai wujud protes atas kebijakan Inggris menaikkan pajak hasil bumi dan sangat berpihak kepada koloni.
Konon, Benteng Marlborough merupakan bandar utama pelabuhan laut. Dari benteng inilah Inggris dengan leluasa mengontrol keluar masuknya kapal dari/ke Bengkulu. Seiring dengan kuatnya cengkraman Inggris di Bengkulu, fungsi benteng pun meluas menjadi pusat kendali niaga.
Secara resmi Benteng Malborough dibuka untuk umum pascakemerdekaan Indonesia, tanggal 24 April 1984. Dibanding saat didirikan, beberapa perubahan kecil terjadi di sana-sini. Sebagaimana terjadi pada banyak peninggalan sejarah, tentu saja sangat sulit mempertahankan 100 persen bentuk dan keorisinilan bangunan kuno tersebut.●(dd)