hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Benih Sawit, Kunci Ketahanan Nasional

Peneliti Dwi Asmono
Peneliti Dwi Asmono

PeluangNews, Jakarta-Perjalanan industri kelapa sawit Indonesia bermula pada 1848, ketika enam butir benih kelapa sawit dibawa Belanda ke Kebun Raya Bogor.

Awalnya tanaman ini hanya difungsikan sebagai pagar, namun seiring waktu menjadi cikal bakal perkembangan sawit yang kini menjadikan Indonesia sebagai produsen utama minyak nabati dunia. Perjalanan panjang itu mencatat momen-momen penting, mulai dari pendirian stasiun penelitian sawit pada 1916, transformasi industri di era Presiden Soeharto pada 1980-an, hingga inovasi genetik modern berbasis teknologi genom.

“Ini bukan kebetulan. Perjalanan sawit penuh momen strategis,” ujar Dwi Asmono, dalam keterangannya, Jakarta, Senin (11/8).

Bagi Dwi, yang sudah 35 tahun berkecimpung di riset dan industri sawit, benih adalah kunci. “Benih itu kecil, tapi memberi harapan besar. Benih adalah infrastruktur strategis ketahanan nasional,” tegasnya.

Ia menjelaskan, produktivitas sawit Indonesia menopang 40 persen pasokan minyak nabati dunia. Potensi genetik varietas unggul bisa mencapai 8–9 ton CPO per hektare per tahun, namun rata-rata nasional masih di bawah 4 ton. “Gap produktivitas 37 persen di perkebunan besar dan 47 persen di perkebunan rakyat,” paparnya.

“Indonesia punya agroklimat beragam, varietas harus adaptif,” tambahnya. Dalam kondisi normal, 50 persen wilayah cocok untuk sawit, tapi saat El Niño hanya 29 persen.

Dwi memimpin pengembangan varietas DxP Simalungun, DxP Langkat, dan DxP Sriwijaya yang adaptif di lahan kering, produktif tinggi, dan memiliki kontaminasi non-tenera rendah. Benih ini sudah ditanam di 25 provinsi dan diekspor ke Nigeria, India, Peru, serta Honduras.

Ia juga menjelaskan pergeseran strategi pemuliaan, dari modified recurrent selection ke genomic selection, yang mempersingkat siklus pemuliaan. Teknologi seperti marker-assisted selection, pengeditan genom, analisis epigenetik, dan rekayasa mikrobioma kini menjadi bagian penting.

“Malaysia memulai pemetaan genom sawit 15 tahun lalu. Indonesia memilih kolaborasi lewat konsorsium Oil Palm Genome Project bersama mitra internasional. Sekarang kita bisa bilang ‘kita juga bisa’,” tegasnya.

Menurutnya, inovasi genetik harus dibarengi ekosistem sehat: produksi, sertifikasi, distribusi, dan perlindungan varietas. Saat ini, Indonesia memiliki 82 varietas sawit terdaftar dengan kapasitas produksi 540 juta butir per tahun. Kontribusi timnya mencapai 630 juta benih tertanam di 3,1 juta hektare.

“Indonesia bukan hanya pengekspor minyak sawit. Kita adalah penjaga plasma nutfah, pemulia masa depan, dan pemimpin tropika yang membangun ketahanan pangan dan energi dunia—dimulai dari benih,” tandasnya.

pasang iklan di sini