Jakarta (Peluang) : Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 mencapai sekitar 5 persen, lebih rendah dari pencapaian di kuartal II 2022 yang sebesar 5,44 persen.
Hal ini dipicu oleh kinerja belaja pemerintah yang tidak optimal, yakni pada kuartal II-2022, pengeluaran konsumsi pemerintah terkontraksi 5,24 persen secara year on year (yoy), dimana sebelumnya pada kuartal I-2022 tumbuh negatif 7,59 persen. Padahal, sektor konsumsi ini diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Belanja negara sampai akhir Juni 2022 mencapai Rp 1.156,88 triliun atau 37,24 persen terhadap pagu APBN 2022 atau turun 1,13 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat lebih dalam pada realisasi belanja pemerintah pusat juga mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,82 persen. Hal ini disebabkan realisasi belanja barang dan belanja modal masih mengalami kontraksi masing-masing 20,75 persen dan 19,84 persen.
“Penurunan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2022 dipicu oleh konsumsi pemerintah yang diprediksi masih lebih rendah dari rata-rata, meskipun akan lebih baik dibandingkan triwulan II 2022. Faktor kedua adalah konsumsi rumah tangga yang diprediksi menurun lantaran tidak adanya momentum musiman seperti Lebaran yang mendorong belanja masyarakat seperti di triwulan II 2022,” ungkap Direktur Eksekutif INDEF, Tauhdi Ahmad.
Dijelaskan dia, di kuartal III 2022 juga terjadi penyesuaian inflasi yang cukup tinggi, terutama yang volatile food maupun yang administered prices, di situ ada rokok kretek, tiket pesawat dan sebagainya. Jadi itu masih akan terjadi, karena problemnya kalau rokok kita ada kenaikan cukai 12 persen, bahkan yang kretek 4,5 persen itu masih disesuaikan harganya tiap bulan oleh pelaku industri.
Bahkan tiket pesawat juga masih tertinggi karena bahan baku avtur mengikuti harga BBM dunia, serta tidak ada lagi persaingan tiket pesawat antar maskapai. Maskapai umumnya juga mengalami kerugian selama 2 tahun, sehingga sampai saat ini berlaku harga tiket pesawat yang masih relatif tinggi.
Sementara itu, untuk komponen pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT), komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan ekspor, kondisinya diprediksi masih relatif stabil. Tetapi khusus untuk impor, diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya..
Sedangkan dari sisi sektoral yang cenderung akan berada dibawah rata-rata adalah pertanian, kehutanan, perikanan, pertambahangan, pengadaan listrik dan gas.Perdagangan juga akan sedikit tertekan, dan sedikit juga di jasa keuangan dan real estate.
Untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2022, INDEF juga memproyeksi angkanya akan sedikit menurun dibandingkan kuartal III 2022. “Keseluruhan tahun, kami iproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen. Terjadi perbaikan, tapi prediksi kami masih lebih rendah dari proyeksi pemerintah yang sebesar 5,2 persen,” tutupnya.