Kita saling berpandang berpegang tangan erat. Dan biarkan tubuh tersiram hujan lebat. Dan pekat di bawah naungan awan nan gelap. Terkadang menyilaukan di kala kilat lewat. Apakah kita selalu bersama-sama kawan? Apakah kita akan selalu jalan beriringan?
Petikan dari lagu bertajuk “Bebas” yang ditulis oleh Rapper asal Bandung Iwa K, pas sekali menggambarkan film terbaru dari produser Mira Lesmana dan Sutradara Riri Reza yang juga bertajuk “Bebas” dan sekaligus juga jadi soundtrack filmnya.
Dibuka oleh adegan keseharian Vina (Marsha Timothy) menjadi ibu rumah tangga , bangun tidur, menyediakan sarapan buat suami dan anaknya. Dia juga rutin membesuk ibunya (Sarah Sechan) yang dirawat di sebuah rumah sakit.
Ketika membesuk itu, Vina secara tak sengaja bertemu Kris (Susan Bachtiar) kawan satu SMA-nya dulu yang juga dirawat di rumah sakit yang sama. Kris divonis dokter hidupnya tidak lama lagi, dia meminta Vina untuk mengumpulkan kembali geng mereka semasa SMA, bernama “Bebas”, sebelum dia meninggal.
Kisah melompat ke masa SMA tahun 1995, ketika Vina remaja (Maizura) yang berasal dari Sumedang, baru pindah ke ibu kota Jakarta. Karena logat bicaranya dia diintimidasi oleh seorang cowok, namun dibela serta dibantu beradaptasi oleh empat cewek, Kris (Sheryl Shienafia) sang pemimpin, Jessica (Agatha Pricillia) yang terobesesi pada kecantikan, Gina (Zulfa Maharani) yang pembernai, Suci (Lutesha) yang cantik dan misterius, dan satu-satunya cowok Jojo (Baskara Mahendra) yang berteman dengan mereka setelah korban bully.
Mereka berenam ini kemudian membentuk Geng Bebas. Keseharian para sahabat ini mulai dari hang out bersama, menghadapi pelecehan seorang cowok di SMA itu, terhadap Vina hingga perseteruan dengan geng Barbie dari sekolah lain mengingatkan pengalaman yang sebangun bagi mereka yang pernah bersekolah di era itu. Sayangnya kebersamaan mereka terpisahkan oleh suatu peristiwa tragis di sekolah.
Pertengahan 1990-an adalah era transisi di mana komputer sudah mulai digunakan, tetapi telepon seluler masih mahal digunakan sejumlah orang. Untuk berkomunikasi orang menggunakan telefon analog di rumah hingga koin dan pager. Para remaja era itu gandrung pada gadget gameboy. Detail-detail ini digambarkan apik oleh Riri Riza, nyaris tanpa cacat seolah-olah penonton dibawa kembali ke era itu.
Gambaran Era 1990-an
Era 1990-an adalah episode terakhir era Orde Baru, isu politik dengan pelaku aktivis kampus sebetulnya juga disinggung dalam film “Koboy Kampus” karya Pidi Baiq yang mengambil setting Bandung. Dalam “Bebas”, diwakili oleh kakak Vina (Bisma Karisma) lewat percakapan keluarga itu di meja makan soal seatu impor buatan negara kapitalis, hingga mengecam ayahnya yang bekerja di pemerintahan dan akhirnya ikut menjadi aktivis.
Tragisnya setelah dua puluh tahun, sang kakak sudah menjadi tokoh-diceritakan lewat obrolan Vina dengan ibunya-tidak pernah menengok ibunya dan lupa diri. Sindirian halus pada situasi sekarang.
Adegan lain yang menarik percakapan antara Vina dan Suci di mobil, karena Vina mempertanyakan sikap Suci yang mendadak membencinya tanpa menyebutkan alasan. “Itu yang menghambat demokrasi!- sengit Vina. Hingga akhirnya perseteruan mereka berakhir, setelah Vina tahu alasannya.
Setelah lebih dari dua puluh tahun Vina melacak kembali keberadaan kawan-kawannya. Dia bisa menemukan Jessica dewasa (Indy Barends), Gina dewasa (Widi Mulia), Jojo dewasa (Baim Wong), untuk memenuhi permintaan Kris. Bahkan dengan menemukan kembali sahabat-sahabatnya dia juga bisa mengatasi masalah anaknya. Namun yang terpenting merka menyadari dengan meneropong masa lalu, tidak sekadar bernostalgia, tetapi juga menemukan diri mereka sebenarnya. Lalu apa yang terjadi pada Suci?
Dalam jumpa pers peluncuran film ini, Mira Lesmana mengungkapkan dia mengambil setting 1995 dan 1996 tidak menyinggung era 1997 dan 1998 karena gambaran Geng Bebas dangan gambaran gaya hidupnya akan menjadi tidak sensitif bila juga membahas apa yang terjadi pada era itu.
Sejak 1997 terjadi krisis moneter yang berujung dengan maraknya unjuk rasa hingga berakhirnya era Orde Baru. Pada 1995-1996 keadaan relatif stabil, tetapi di bawah juga sebetulnya sudah ada protes. Pembreidelan majalah Tempo, Tiras dan tabloid Detik, hingga Edy Tansil jadi headline Suara Pembaruan ikut disinggung oleh percakapan sejumlah tokoh menjadi gambaran yang cukup baik. Riri Reza cermat mengadaptasi dengan ciamik.
“Bebas” merupakan adaptasi ciamik dari film Korea populer “Sunny” yang juga menggambarkan persahabatan dari dua era. Namun Mira Lesmana dan riri Reza berhasil menjadikan film Indonesia original dengan mengubah sejumlah karakter dan menyesuaikan cerita dengan budaya Indonesia dan tentunya juga sesuai dengan generasi milenial. Jadilah “Bebas” film kisah nostalgia dari era milenial. (Irvan Sjafari).