octa vaganza

Beban Operasional Meningkat, Bank Sampoerna Bukukan Laba Rp9,8 Miliar

JAKARTA– PT Bank Sahabat Sampoerna hanya membukukan laba bersih sebesar Rp9,8 miliar pada kuartal satu 2020. Jumlah ini turun  dibandingkan akhir 2019 yang mencapaiRp 18,5 miliar.

Penurunan ini disebabkan beban operasional meningkat signifikan terutama dari peningkatan pencadangan kredit dan beban tenaga kerja.

Chief Financial Officer Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyampaikan, sejalan dengan dimulainya implementasi PSAK 71 mulai 1 Januari 2020, terdapat peningkatan pencadangan kredit secara substansial.

Imbasnya, rasio pencadangan kredit terhadap non-performing loan (NPL/kredit bermasalah) pada akhir Maret 2020 melonjak signifikan menjadi 116,7 persen dari sebelumnya 63,8 persen pada akhir Maret 2019. 

“Dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan lebih lanjut pada tahun ini,” ucap Hengky  dalam keterangan tulis, Jumat (29/5/20).

Lanjut dia walau laba turun, Bank Sampoerna masih mencatatkan kinerja yang positif. Periode Maret 2020, penyaluran kredit kredit tumbuh 5,5 persen dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,7 persen (yoy). 

“Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2020 memberikan tantangan besar bagi masyarakat dan dunia usaha, termasuk Bank Sampoerna,” kata dia.

Penyaluran kredit pada akhir Maret 2020 sebesar Rp8,2 triliun dari total kredit yang disalurkan, sebesar 61,1 persen disalurkan ke sektor UMKM.

Sedangkan DPK yang berhasil dihimpun Bank Sampoerna pada akhir Maret 2020 sebesar Rp9,1 triliun atau naik dari Rp8,5 triliun capaian pada akhir periode yang sama tahun lalu. 

Dalam hal peningkatan DPK, peningkatan dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 44,8 persen (yoy) menjadi hampir Rp2 triliun.

Sedangkan dana yang terakumulasi dalam deposito relatif tidak banyak mengalami perubahan, sebesar Rp7,2 triliun per akhir Maret 2020. 

“Dengan demikian, CASA ratio meningkat ke angka 21,4 persen dibandingkan dengan 15,8 persen pada satu tahun sebelumnya,” tutur dia.

Peningkatan akumulasi DPK dan penyaluran pinjaman yang bergerak sejalan menjadikan likuiditas Bank Sampoerna cukup baik, sebagaimana ditunjukkan dengan rasio pinjaman terhadap total simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) pada tingkat 89,6 persen. 

“LDR berada di tingkat yang kami nilai cukup ideal, Bank Sampoerna juga memiliki rasio kecukupan modal yang baik di tingkat 18,4 persen,” ungkap Hengky.

Sejalan dengan pertumbuhan pinjaman dan DPK, pendapatan bunga bersih meningkat sebesar 8,6 persen (yoy) dari semula Rp161,3 miliar untuk periode tiga bulan hingga Maret 2019 menjadi Rp175,2 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Exit mobile version