Baubau, Poros Maritim Domestik dan Internasional

Baubau menjadi lokomotif dan ibu kota lahirnya sebuah provinsi bernama Buton Raya. Pemekaran wilayah tentu didasari semakin tumbuh dan berkembangnya berbagai sendi kehidupan di kota tersebut.

benteng kraton buton

Dari sisi letak, Kota Baubau merupakan kota yang memiliki letak strategis secara nasional. Yakni daerah penghubung (connecting area) antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Berada di Selat Baubau dan merupakan mulut tenggara dari wilayah Laut Teluk Bone. Posisinya pada pergeseran titik episentrum ekonomi kelautan kawasan Pasifik sebagai masa depan bagi pertumbuhan Kawasan Timur Indonesia.

Baubau adalah pusat Kerajaan Buton atau Wolio yang berdiri pada awal abad ke-14, dari 1332, sampai 1960. Dengan sejarah panjangnya, tak heran bila banyak warisan leluhur yang ditinggalkan. Umpamanya, naskah kuno, kuburan raja dan sultan, benteng pertahanan keraton, pintu gerbang yang disebut lawa, meriam tua.

Namun, kebanyakan naskah kuno itu dibawa oleh Belanda ke negaranya. Dalam catatan A. Ligvoet, seorang sekretaris Pemerintah Hindia Belanda yang pernah ditempatkan di Buton, sejak tahun 1870-an, Baubau telah menjelma menjadi kota yang ramai di awal tahun 1900-an.

Puncaknya dijadikan ibu kota Afdeeling Oost Celebes atau Sulawesi Timur pada tahun 1911. Ikon Baubau adalah buah nanas. Anda mudah menemukan gambar ikon itu di berbagai sudut kota, termasuk yang berwujud monumen.

Filosofi yang terkandung di dalamnya adalah, masyarakat Buton dapat beradaptasi di mana saja, seperti nanas yang dapat tumbuh di mana saja; baik di pesisir, daerah bebatuan, atau daerah dengan iklim buruk sekalipun.

Sebuah patung dengan sejuta legenda di Kota Baubau. Patung ini juga menjadi ikon kebanggaan dari Kota Baubau, yakni patung naga berwarna hijau. Patung naga Kota Baubau memiliki keunikan, yaitu kepala naga dan ekornya terpisah sejauh 5 kilometer.

Patung naga merepresentasikan perekonomian Kesultanan Buton dengan imperium China di zaman kerajaan dulu. Secara geografis, Baubau berada di posisi yang strategis. Kota ini berada di tengah-tengah antaraPulau Jawa dan timur Indonesia, sehingga sangat cocok dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau kawasan industri tertentu.

Wakatobi sebenarnya btidak pas ditetapkan sebagai pelabuhan tol laut. Sebab, selain lokasinya kurang strategis untuk pelayaran komersial, keberadaan pelabuhan besar di wilayah itu akan merusak keindahan Laut Wakatobi. Wakatobi sebaiknya hanya untuk pelabuhan antara atau penyangga dari Wakatobi-Kendari dan Wakatobi-Baubau.

“Lagi pula, posisi pelabuhan Wakatobi berada di laut lepas, tidak cocok untuk program tol laut. Kalau mau bangun tol laut cocoknya di Kota Baubau karena posisinya masuk dalam selat dan bersambung dengan sungai,” ujarnya.

Hanya saja, untuk mendukung Baubau menjadi kota industri, dibutuhkan kecukupan energi listrik, minimal 200 MW. Saat ini, Baubau baru dipasok 40 MW.

Bertabur benteng di sana sini

Baubau identik dengan Buton, dan Buton identik dengan benteng. Jika ditanya warga Buton ada berapa buah benteng di pulau ini?

Jawabannya: banyak. Mungkin belasan. Soalnya, bagi masyarakat, benteng bukan bangunan yang sekelilingnya berdinding tembok.

Buat mereka, benteng adalah semua bangunan di tempat tinggi yang dibangun untuk kepentingan pertahanan. Di kalangan arkeolog, belum ada kesepakatan soal jumlah itu. Yang kerap disebut-sebut empat buah. Yaitu Benteng Keraton Buton, Sorawolio, Baadila, Suraa.

Menurut arkeolog asal Buton, Rahmat Kurniawan, di sana ada sembilan buah benteng. Benteng Keraton Buton ialah salah satu tempat wisata sejarah di Kota Baubau. Benteng ini sisa ibu kota Kerajaan Buton yang mempunyai wujud arsitektur yang sangat unik.

Benteng yang dibuat dari batu kapur ini berupa lingkaran dengan panjang keliling 2.740 meter. Sempat mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) serta Guinnes Book Record pada tahun 2006 sebagai Benteng Terluas di Dunia dengan luas 23,375 hektare.

Dari atas bukit, pelancong bisa menikmati panorama alam Kota Baubau. Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio terletak di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan lereng yang cukup terjal.

Desain bangunannya pun sangat menarik lantaran memiliki bentuk arsitektur yang terbuat dari batuan gunung dan karang. Karang tersebut direkatkan dengan putih telur, campuran pasir dan kapur.

Tinggi serta tebal setiap dinding benteng tidak sama, hal ini dikarenakan bangunan tersebut mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Tinggi tembok rata-rata 8 meter dan ketebalan 2 meter.

Sebuah bangunan tua di kota itu yang sekilas terkesan biasa ternyata memiliki keistimewaan historis. Dilihat selayang pandang, Masjid Quba tak tampak seperti masjid pada umumnya.

Tetapi jangan salah, Masjid Quba yang seperti bangunan rumah biasa kiebanyakan ini ialah Masjid Tertua Di Baubau. Dibangun tahun 1826 pada waktu Sultan Buton ke-29 berkuasa, yaitu Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin.

Kekayaan pemandangan alam Baubau (dan Pulau Buton pada umumnya disumbang oleh panorama berbagai pantai yang elok. Pantai Nirwana merupakan pantai berpasir putih bersih serta lembut.

Air lautnya mempunyai tiga campuran warna yakni putih, biru kehijauan dan biru muda, dengan alunan ombak yang tenang tanpa karang. Pantai ini dilengkapi dengan gazebo dan kedai makanan serta minuman yang hendak memberikan kepuasan lain untuk berekreasi bersama keluarga, sahabat ataupun pasangan.

Di Pantai Lakeba dapat dinikmati berbagai sarana yang tersedia. Di antaranya, resort dengan arsitektur Rumah Adat Buton, jetski, banana boat, parasailing, Taman Bermain Anak, Restoran dengan live musik.

Pantai Kolagana menawarkan pesona bawah laut yang memperkenalkan keanekaragaman makhluk dasar laut yang sangat indah serta luar biasa semacam terumbu karang, ikan pelagis dan lobster.

Adapun Pantai Sulaa dan Pantai Kamali posisinya sangat mudah dijangkau, Pantai Kamali senantiasa banyak didatangi turis tiap harinya. Keindahan pantai berbaur dengan warna-warni kampung tenun di pesisir serta ragam corak khas kain tenun Buton.

Kampung Tenun Warna Warni terletak di Desa Sulaa. Sebuah kampung nelayan yang telah disulap penuh warna-warni dan aneka mural yang khas dengan daerah tersebut. Desa Sulaa merupakan kawasan pesisir.

Sebanyak 107 rumah, 50 mural serta puluhan perahu telah dicat warna-warni demi menyukseskan destinasi wisata Kampung Tenun Warna Warni ini.  Kampung wisata yang baru diresmikan akhir Juni 2018 ini menampilkan aneka mural di dinding rumah warga.

Mulai dari gambar warga yang sedang menenun, gambar sarung khas Buton, gambar nelayan, gambar penari dengan sarung Buton, gambar wisata laut, dan gambar-gambar kartun kesukaan anak-anak.

Uniknya, selain masih menggunakan alat tenun tradisional dan dikerjakan di bagian bawah rumah-rumah panggung tradisional penduduk, beberapa motif kain pun konon dibuat menggunakan benang tipis berlapis emas.

Di sini pelancong juga bisa menggunakan fasilitas Gode-Gode, sejenis gubuk untuk beristirahat dan melepas penat sembari menikmati sejuknya suasana alam. Arkian, tenun Buton sudah diperdagangkan sejak abad ke-14, dan keindahan warna dan coraknya tetap digemari hingga sekarang. Cara menenun tradisional juga merupakan daya tarik menawan.

Kekayaan budaya Buton lainnya adalah arsitektur asli rumah adat Banua Tada. Rumah panggung ini memiliki tiang penyangga, lantai, dinding dan rangka yang terbuat dari kayu. Menuju Provinsi Buton Raya Sedapat mungkin, sempatkan menjenguk khazanah khas pulau ini di Cagar Alam Wakonti.

Di sini pelancong harus melihat dan berfoto dengan pohon langka, dinamakan pohon loreng yang warna pohonnya sama persis dengan motif seragam tentara.

Satu lagi, Batu Poaro. Inilah salah satu tempat wisata religi di Baubau. Batu ini dianggap sebagai petanda (tempat) sirnanya penyiar agama Islam di Buton yang bernama Syech Abdul Wahid di pesisir Tepi laut Buton.

Kota Baubau dinilai potensial dijadikan sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) dan basis pertahanan di kawasan tengah Indonesia karena lokasinya sangat strategis dilalui poros maritim domestik dan internasional.

Cerita panjang Kota Baubau juga menarik dicermati perjalanannya, khususnya pada masa peralihan dari sebuah wilayah berstatus kesultanan integral ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses ini berlangsung pada masa Sultan Buton ke-39, La Ode Muhammad Falihi (1938-1960).

Kota Baubau terus berupaya tidak hanya berbenah sebagai wilayah otonom tetapi oleh segenap masyarakat yang berada di kawasan eks Kesultanan Buton mengharapkan Kota Baubau menjadi lokomotif dan ibu kota lahirnya sebuah provinsi bernama Buton Raya.

Pemekaran wilayah tentu didasari dengan semakin tumbuh dan berkembangnya berbagai sendi kehidupan di kota tersebut, dan dinamika masyarakat yang terus bergerak dari waktu ke waktu.

Dengan kesepakatan bersama yang pernah dicetuskan sebelumnya bahwa kawasan Buton akan dijadikan Provinsi Buton Raya yang ibu kotanya di Baubau. In syaa Allah ●(Zian)

Exit mobile version