hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Batik Nayaka, dari Reseller Jadi Brand

YOGYAKARTA-—Setelah melahirkan anak pertamanya pada November 2015, Maya Yulaicha mengundurkan diri dari pekerjananya di sebuah perusahaan. Namun dia sudah terbiasa bekerja dan punya penghasilan, akhirnya mendorong dia berjualan secara daring (online). Dia mendirikan batik Nayaka awal 2016.

Mulanya Alumni Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia ini menjual kain batik dari Pekalongan dengan sistem reseller, kemudian diikuti stok batik dari berbagai kota, seperti Solo, Yogyakarta, Sragen, Tasikmalaya, Cirebon hingga Madura. Mulanya dia punya grup jualan di Facebook dengan nama Nayaka Shop.   

“Pada Mei 2016 saya membuka pre order pemesanan baju batik dan memulai usaha jahit dan PO baju secara daring. Sejak itu Nayaka Shop berganti nama menjadi Batik Nayaka,” ujar Maya ketika dihubungi Peluang, Kamis (9/5).

Maya memang jatuh hati pada dunia wirausaha dan desainer, juga dengan batik. Dia selalu berupaya menggunakan batik dalam setiap busana. Jiwa kewirausahaan sudah terasah sejak masih SD membantu bulik-nya menjualkan produksi makanan ringan dari ketela dan membantu neneknya menjual makanan pokok ke pasar. Hal itu dilakukan hingga bangku SMA.

 Modal awalnya Rp500 ribu sebagai reseller batik dan mampu menyimpan uang untuk menambah stok hingga bisa membuka toko.  Sejak Mei 2016 hingga Desember 2017 Maya fokus berjualan kain batik dan menerima orderan jahitan seragam batik untuk keluarga. Sedikit demi sedikit menabung dan meminjam dari bank.

Pada Januari 2018 dengan modal Rp10 juta, Maya memproduksi mukena anak, gamis anak dan gamis dewasa. Dia mampu memprodukais 135 helai mukena anak, 50 helai gamis anak dan 20 gamis dewasa per bulannya. Maya juga aktif mengikuti pameran di mal dan berapa tempat. Penjualan dilakukan secara online maupun offline.

Batiknya dijual sesuai harga pasar, Sementara untuk mukena anak berkisar Rp79 ribu hingga 128 ribu. Gamis anak dibandroll antara Rp168 ribu hingga Rp215 ribu dan dewasa sekitar Rp250 ribu. Umumnya untuk batik segmen Nayaka membidik ibu-ibu milenial, namun ia mendapat pelanggan dari remaja, hingga orangtua.

“Alhamdulillah penjualan Nayaka sudah menjangkau seluruh Indonesia,” ungkap Maya seraya mengatakan dia dibantu enam penjahit.

Maya mengaku bisnis dirintisnya belum besar, Omzet tertinggi yang pernah diraih Nayaka baru mencapai Rp20 juta per bulan. Kini dia belajar membatik tulis, batik cap, batik shibori dan ecoprint. Kini Maya mampu membuat stok batik karyanya sendiri.

“Saya ingin punya produk baju dari kain yang saya buat sendiri entah itu batik pakai malam, batik shibori ataupun ecoprint. Alhamdulillah dari Dinas kominfo kab. GUNUNGKIDUL membantu membuatkan website untuk usaha UMKM dibidang fashion. Saya juga diberikan kesempatan untuk ikut pameran dinas dan banyak tawaran pameran di  berbagai kegiatan fashion . Termasuk saya akan sering mengikuti fashion show,” papar Maya (Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini