GARUT—-Menyukai seni sekaligus ingin menjadi perajin batik mendunia menginspirasi Ai Handayani untuk menjadi wirausaha. Perempuan kelahiran Garut 14 April 1976 mulanya bekerja di toko batik garutan.
Sewaktu bekerja dia pernah membuat desain sendiri dan menawarkan kepada temannya dan ternyata disukai. Kreativitas Ai akhirnya membuat dia mendapatkan pesanan membuat pakaian seragam.
Dia memutuskan untuk berjualan sendiri dan mengundurkan diri dari kantornya pada 2014. Semangat yang meluap membuat Ai mengikuti program Wirausaha Baru (WUB) Jawa Barat pada 2015. Akhirnya suami dari Ujang Koswara ini mendirikan brand Gasik yang merupakan singkatan Garut Asik.
“Modal saya waktu itu ponsel seharaga Rp1.8 juta dan uang Rp5 juta hasil nabung dari sisa kerja. Waktu bekerja saya menyisihkan penghasilan untuk tabungan,” papar Ai kepada Peluang, Kamis (19/12/19).
Kini produksi Gasik untuk batik cap mencapai tiga ribu potong, sementara yang tulis berdasarkan pesanan. Batik cap dibandrol antara Rp65 hingga Rp120 ribu. Sementara batik tulis antara Rp350 ribu hingga Rp1,4 juta.
Ibu dari dua anak ini memfokuskan pemasaran di offline, sementara dia juga dibantu reseller yang berjualan di media sosial. Dia juga terbantu dengan Facebook, Instagram.
“Penjualan saya baru wilayah Indonesia. Tetapi berkat bantuan reseller saya mendapatkan langganan orang Korea, “ ungkap Warga Kampung Sayuran, Kecamatan Cimanuk, Garut ini.
Omzet rata-rata Gasik berkisar Rp60 juta per bulan, di luar pesanan seragam Rp20 juta dan tertinggi Rp150 juta.
Ai mengaku usahanya menghadapi kendala mendapatkan bahan baku yang harganya selalu naik. Untuk mengatasinya dia kerap stok bahan baku terutama kain dan bahan pewarna.
Ke depannya, Ai ingin membuat kreasi baru.”Saat ini saya sudah mempunyai dua motif yang ada di Haki,” kata peraih UKM teladan tingkat Kabupaten Garut (Irvan Sjafari)