PUBLIK sangat paham, peningkatan belanja bantuan sosial secara signifikan, erat kaitannya dengan momen Pemilu yang bakal digelar yang bakal digelar pada 2019, mendatang. Belanja sosial bagus-bagus saja jika memang dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Namun, jika dilakukan dengan maksud tertentu dan secara sporadis, itu salah.
Bukankah seharusnya memprioritaskan dan memastikan rakyat dapat mata pencaharian yang bagus dan sustain? Untuk masyarakat sangat miskin, bansos memang diperlukan. “Concern kita adalah bansos meningkat jelang tahun politik, itu tidak sustain. Kita kan ingin yang berkelanjutan, sebut Direktur Eksekutif Center of Reforms on Economics/CORE, Mohammad Faisal.
Bansos harus dilakukan secara terencana dan jelas. “Bukan sambil jalan-jalan terus kasihkan ke orang-orang. Kupon sembako dibagiin sambil mobil presiden jalan, dan polisi sambil lari bagiin kupon. Bukan begitu caranya,” tutur Faisal.
Dalam catatan ekonom CORE, Ahmad Akbar Susanto, bansos tahun ini meningkat drastis jadi 88%. Ini sangat mencolok, karena pada kuartal 1/2017 peningkatannya hanya 13%. “Jika dilihat dari share-nya juga tinggi (23%), hanya kalah oleh persentase realisasi belanja untuk bayar bunga utang,” katanya. Artinya, dalam program charity itu ada udang di balik batu, bukan?
Astra Santayana
Pandeglang, Banten