octa vaganza

Bank Nobu dan Bank MNC Kawin

Merger menjadi pilihan yang diambil dua bank milik konglomerat untuk memenuhi ketentuan modal inti dari OJK sebesar Rp3 triliun. Direncanakan proses merger selesai pada semester II tahun ini.

Rumor yang beredar sejak akhir tahun lalu tentang merger bank yang tidak memenuhi ketentuan minimal permodalan akhirnya terjawab. Komisioner OJK sendiri yang mengakhirinya dengan mengumumkan rencana penggabungan usaha atau merger PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) dan PT Bank MNC International Tbk (BABP).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, rencana merger Bank MNC dan Bank Nobu sudah diajukan sebelum deadline akhir tahun 2022. Kini sudah ada tim merger dan langkah-langkah realisasi terkait merger kedua bank dengan ekosistem besar tersebut.

“Mereka sudah mengajukan proposal merger sejak Desember lalu, dan sudah tandatangan kesepakatan merger, sekarang sedang melakukan proses legal dan administratif,” ungkap Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, 27/2/2023.

Proses penggabungan dua bank tersebut akan rampung pada Juni 2023. Langkah merger itu dinilai positif karena Bank MNC dan Bank Nobu memiliki ekosistem bisnis yang kuat.  Seperti diketahui Bank Nobu dimiliki oleh konglomerat James Riady (Grup Lippo) dan Bank MNC dikuasai oleh Hary Tanoesoedibjo (MNC Group).

Mergernya dua bank milik konglomerat papan atas Indonesia itu sendiri tidak lepas dari aturan modal minimum perbankan yang diterbitkan oleh OJK. Dalam POJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum disebutkan bahwa sampai akhir 2022 modal inti bank umum minimal sebesar Rp3 triliun.

Jika bank umum tidak bisa memenuhi modal minimum tersebut ada tiga opsi yang disediakan oleh regulator yakni merger paksa, penurunan grade dari bank umum menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan likuidasi sukarela.

Per September 2022, modal inti Bank MNC tercatat sebesar Rp2,07 triliun dan Bank Nobu sebesar Rp1,61 triliun. Jika kedua bank ini digabung maka sudah memenuhi modal inti minimal sebesar Rp3 triliun.

Dian menambahkan, tujuan utama merger yaitu untuk melakukan penguatan bank dalam semua aspek serta sinergi. Tentu saja aksi merger tersebut untuk memenuhi ketentuan modal inti. Sebelumnya Dian optimistis kedua bank dapat bersinegi dengan baik dengan merger. “Dengan komitmen kedua bank tersebut, aksi korporasi ini tidak akan mundur,” ungkapnya.

Jika rencana merger terwujud, aset bank hasil merger diperkirakan mencapai Rp38 triliun. Berdasarkan laporan keuangan bulanan per Januari 2023, aset Bank Nobu mencapai Rp21 triliun. Sedangkan total aset MNC Bank mencapai Rp17 triliun.

Selain itu, bank hasil merger nantinya diperkirakan akan masuk pada ranah bank digital. Sebelumnya Bank MNC sudah memiliki Mobile Transaction Indonesia (Motion) sebagai transformasi mBanking MNC Bank dan Punyakartu. Motion hadir sebagai aplikasi mobile banking yang dapat digunakan oleh nasabah MNC Bank yang telah memiliki kartu Debit/ATM atau kartu Kredit MNC Bank untuk melakukan transaksi finansial dan non finansial melalui perangkat elektronik berbasis Android & IOS.

Pada kesempatan berbeda, Bhima Yudhistira, Direktur Lembaga Riset Center of Economic and Law Studies (CELIOS), mengatakan tujuan dari modal inti sangat baik bagi industri dan perekonomian. “Tujuan pemenuhan modal inti untuk efisiensi jumlah perbankan, dan penguatan bank menghadapi ketidakpastian ekonomi terutama pada saat resesi,” ujar Bhima.

Saat ini jumlah bank mencapai 107 bank namun kapasitas penyaluran kreditnya dinilai masih kecil. Ini merujuk pada data Bank Dunia 2020 dimana rasio kredit terhadap produk domestik bruto Indonesia baru mencapai 38,7%. Angka ini lebih rendah dibanding negara tetangga seperti Malaysia 134% dan Thailand 160%.

Langkah merger merupakan pilihan paling realistis bagi bank yang kurang modal. Sebab jika memilih dilikuidasi akan kurang bagi citra industri perbankan. Hal ini juga dapat menurunkan kepercayaan investor terhadap industri.

Sebenarnya merger bank bukan hal baru di industri perbankan. Ambil contoh mergernya bank-bank syariah milik BUMN yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Hasil merger menjadikan BSI tumbuh menjadi pemimpin pasar di industri perbankan syariah di Indonesia.

Jauh sebelumnya, saat terjadi krisis moneter 1998, pemerintah melakukan merger empat bank yaitu Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) menjadi Bank Mandiri. Kini bank hasil merger tersebut merupakan salah satu bank papan atas. Dengan adanya merger tersebut, industri perbankan diharapkan dapat lebih sehat, kuat dan terutama lebih berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Sebab sebagian besar pelaku usaha masih mengandalkan permodalan dari bank dalam mengembangkan usahanya. (Kur).

Exit mobile version