hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Banjir Sepatu Impor Ancaman bagi Perajin Sepatu Cibaduyut

Ilustrasi Tugu Sepatu di Cibauduyut-Foto; Istimewa.

BANDUNG—-Banjirnya sepatu impor dari Vietnam dan Tiongkok membuat omzet penjualan produk sepatu UMKM di Cibaduyut menurun. Pasalnya produk sepatu  impor ini dijual dengan harga jauh lebih rendah dibanding harga bandroll produsen sepatu Cibaduyut, yang paling termurah sekalipun.

Ella Helina owner dari JK Collection mengatakan harga sepatu dari Vietnam dan Tiongkok berkisar Rp20 ribu hingga Rp50 ribu per pasang.  Sementara harga produsen (HPP) sepatu termurah di Cibaduyut Rp90 ribu hingga Rp100 ribu.  JK Collection sendiri dibandroll dengan harga Rp125 ribu hingga Rp500 ribu-an.

“Harga ini tidak logis. Harga sepatu sama dengan harga seporsi dengan nasi dengan lauk pauk ayam. Walaupun kualitasnya memang buruk satu atau dua kali pakai langsung rusak,” ujar Ella ketika dihubungi Peluang, Rabu (6/3/2019).

Lanjutnya, omzetnya pada 2018 mencapai Rp500-600 juta, pada Februari 2019 mencapai Rp150 juta. Padahal margin yang didapat produsen sepatu 20 persen setelah dipotong biaya produksi dan gaji pegawai.

“Penjualan secara daring (online) tidak banyak membantu  lagi.  Kalau dulu sehari bisa terjual lima pasang di marketplace, kini hanya sehari satu. Produk impor juga membanjiri marketplace,” ungkap Ella.

Bahkan pada musim pemilu seperti sekarang ada pemesanan sepatu kepada para perajin, namun tim suksesi hanya menawarkan Rp15 hingga Rp20 ribu per pasang, dengan pesanan dua juta pasang untuk dibagikan gratis dan harus jadi sebulan.

“Lah, tentu saja kami tolak. Mereka maunya kami menjual seperti sepatu impor, walau hanya bisa satu atau dua kali pakai kemudian rusak,” ujar Ella.

Dia sendiri mengaku menjadi perajin sepatu sejak 2005 meneruskan usaha orangtuanya. Ella mengaku beruntung  dibantu oleh Jusuf Kalla waktu itu yang  memberinya brand JK yang kini dipakainya.  Ella khawatir kalau banjirnya produk impor tidak bisa dihentikan, maka UKM sepatu di Cibaduyut bakal berguguran.

Penurunan omzet sepatu di Cibaduyut  sudah  dirasakan sejak Agustus 2018 lalu. Seperti yang dilansir Jabar Ekspress, Camat Bojongloa Kidul Aniya Pada waktu itu  mengungkapkan, penjualan sepatu Cibaduyut biasanya terjual sekitar 5000 pasang per minggun menjadi  sekitar 1000 pasang sepatu per minggu.  Pada 2011 ketika produk sepatu Cibaduyut sedang  bangkit total uang  berputar mencapai Rp23 miliar (Irvan Sjafari).

pasang iklan di sini