octa vaganza

Banjarmasin, Senjakala Eksotisme Pasar-pasar Terapung

Banjarmasinpunya tiga Pasar Terapung. Yaitu Muara Kuin, Siring, dan Lok Baintan. Apa mau dikata, eksisensi pasar-pasar unik ini kian mendekati senjakala karena orientasi pertumbuhan pasar yang makin ke darat.

KOTA Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dijuluki ‘Kota Seribu Sungai’. Di wilayah seluas 98,46 km² itu, melintas begitu banyak sungai. Wilayah kota ini bisa disebut merupakan ‘kepulauan’ yang terdiri dari 25 buah pulau kecil (delta), lokasinya dipisahkan oleh sungai-sungai. Di antaranya Pulau TatasPulau KelayanPulau Rantauan Keliling, Pulau Insan.

Tak kurang dari 174 sungai besar dan kecil yang ‘mencincang’ kota ini, utamanya Sungai Baito dan Martapura. Bandingkan dengan Jakarta yang ‘hanya’ dilintasi 13 sungai. Cukup menarik sebagai objek wisata alam. Tapi pasti sangat sulit jika mau bicara peningkatan infrastruktur jalan. Maka, segala macam moda kendaraan, termasuk gerobak yang ditarik sapi, bukan pemandanan aneh ada di jalan utama Banjarmasin.

Ketika banjir besar Kalsel awal tahun ini, sebagian jalan protokol tergenang. Pada Senin siang, 18 Januari, air memenuhi Jalan Ahmad Yani Km 3-7, Jalan Kelayan, dan permukiman warga di Kelurahan Sungai Lulut. Tiga kecamatan yang terkena dampak paling parah adalah wilayah Timur, Selatan, dan Utara. Di daerah Banua Anyar, Gunung Raya, tinggi genangan air sampai sepaha selama beberapa hari.

Populasi Kota Banjarmasin masih di bawah 1 juta jiwa. Jika ada kita mendengar sebutan Metropolitan Banjarmasin Raya atau Banjar Bakula, penduduknya mendekati dua juta jiwa. Banjar Bakula seluas 340.446 ha itu mencakup Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, sebagian kecamatan di Kabupaten Banjar, sebagian kecamatan di Barito Kuala, dan sebagian kecamatan di Tanah Laut.

Di masa lalu, sebelum tahun 1526, Banjarmasin sekarang adalah nama kampung yang terletak di bagian utara muara Sungai Kuin, yaitu kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan saat ini. Kampung Bandar terbentuk oleh lima aliran sungai kecil, yaitu Sungai Sipandai,  Sigaling,  Keramat,  Jagabaya dan Sungai Pangeran, yang semuanya membentuk sebuah danau. Kata Banjar (bahasa Melayu: kampung atau perumahan yang tersusun berderet-deret sepanjang tepian sungai).

Julukan lainnya adalah ‘Kota Seribu Pemadam Kebakaran’. Agak aneh memang, kok di sebuah kota yang dilintasi begitu banyak sungai justru sering terjadi kebakaran.

Kota ini pernah mencetak Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pemadam kebakaran terbanyak pada tahun 2015. Jumlah keseluruhannya yang terdaftar di Pemkot sudah hampir 500 unit. Belum terhitung yang murni swakarsa. Hampir di setiap kompleks memiliki unit pemadam kebakaran.

Ada segmen Barisan Pemadam Kebakaran (BPK), ada pula Penanggulangan Musibah Kebakaran (PMK). Mereka itu tenaga pemadam kebakaran swasta. Meski swasta, jangan kira kinerja mereka menanggulangi si jago merah amatiran. Para pemadam tersebut ada yang bermodalkan mesin pompa air dan mobil bak terbuka, ada yang memiliki tank pemadam, bahkan ada yang bermodalkan sepeda motor. Hebatnya, selain memadamkan kebakaran di perkotaan, mereka ini juga tak jarang ikut serta menumpas kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

TIDAKLAH berlebihan jika Banjarmasin identik dengan pasar terapung. Bahkan jadi ikon kota itu. Stasiun RCTI di era awal mereka, tahun 80-an hingga 90-an, memanfaatkan ibu-ibu penjual sayuran di atas pasar terapung sebagai jingle. Terdapat tiga Pasar Terapung di Banjarmasin; Pasar Terapung Muara Kuin, Pasar Terapung Siring dan Pasar Terapung Lok Baintan. Ketiga pasar tradisional ini memiliki ciri khas. Pedagangnya menjual bahan dagangan di atas perahu tradisional (jukung). Jadi, perahu mereka berisi aneka sayur, buah dan barang kebutuhan pokok.

Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara Sungai Kuin. Pasar ini mulai ba’da Subuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.

Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh. Tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter di antar sesama pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.

Pasar Terapung Lok Baintan merupakan yang paling ramai. Terletak di Sungai Pinang, Banjar. Jaraknya hanya 10 km dari Swiss-Belhotel Borneo Banjarmasin. Produk yang dapat anda temukan di Pasar Terapung Lok Baintan di antaranya sayur mayur, ikan, buah-buahan, kue dan makanan tradisional. Yang menjadikan Pasar Terapung Lok Baintan berbeda dan lebih unik biasanya para pembelinya menggunakan metode barter. Mata uang seakan bukan menjadi alat pembayaran utama di sini. Para ibu (acil-acil) saling bertukar hasil bumi dengan jumlah penukarannya sesuai kesepakatan.

Adapun wisata Pasar Terapung berada di depan siring Sungai Martapura, Banjarmasin Tengah. Di sana juga terdapat wisata susur sungai dengan perahu atau kelotok. Karena kasus Covid-19 sebelum resmi membuka Pasar Terapung, pemerintah akan membekali pedagang dan pelaku wisata setempat terkait protokol kesehatan Covid-19. Langkah ini diambil agar para motoris kelotok wisata dan acil-acil (ibu-ibu) pedagang Pasar Terapung bisa memahami bagaimana penerapan protokol kesehatan setelah wisata andalan Kota Seribu Sungai dinyatakan resmi dibuka.

Kini, pasar terapung Kuin hamper pasti di ambang punah, berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin kecewa karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar tradisional di atas air. Kepunahan pasar tradisional di Kota Seribu Sungai ini dipicu oleh kemaruk budaya yang makin berorientasi ke darat. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung sekarang bangga memiliki sepeda motor atau mobil.

 Selain pasar terapung, khazanah Banjarmasin mencakup Jembatan Barito yang panjangnya sekitar 1 kilometer. Sore hari saat bagus untuk menyaksikan sunset. Di di sekitar jembatannya terdapat berbagai macam wisata kuliner khas Banjarmasin. Atau, ke Pulau Kembang, pulau kecil/delta Sungai Barito. Atau ke Danau Biru Pangaron. ●(dd)

Exit mobile version