octa vaganza
Kolom  

Bangga Buatan Indonesia, Ayo Genjot UMKM!

Oleh Tri D Pamenan*

Penulis, Pengajar di PT Bank KB Bukopin, Tbk.

Di era 1985-an silam, ada serial TV berjudul ‘Aku Cinta Indonesia (ACI)’ yang ditayangkan setiap pekan di TVRI. Kalau Anda belum masuk generasi milenial, Anda tentu masih familiar dengan tayangan ini. ACI merupakan salah satu program kampanye yang ditujukan untuk membangkitkan dan memupuk kecintaan generasi muda ‘di zaman old’ terhadap nilai-nilai ke-Indonesia-an.

Tentu bukan cuma nilai ke-Indonesia-an yang ingin diangkat. Dalam konteks pemberdayaan ekonomi, implementasi semangat cinta Indonesia juga diarahkan agar masyarakat lebih mencintai produk buatan Indonesia. Dan ‘propaganda’ ini sudah digulirkan jauh sejak era Bung Karno, dilanjutkan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto.

Di masa SBY, gerakan cintai produk Indonesia dilakukan antara lain melalui kampanye ‘100% Cinta Indonesia’. Kita pun tentu familiar dengan ajakan ‘Cintailah ploduk-ploduk Indonesia’ yang secara konsisten disampaikan Bos Maspion Group, Alim Markus.

Pada zaman now, kampanye serupa juga cukup gencar dilakukan. Yang paling baru adalah kampanye ‘Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)’ yang sudah diperkenalkan oleh Presiden Jokowi pada Mei lalu.

Presiden lalu membentuk Tim Gernas BBI yang diketuai oleh Kemenko Marves, sementara Kemenko Perekonomian, OJK dan BI bertindak sebagai Wakil Ketua. OJK pun kemudian menggandeng pelaku Industri Jasa Keuangan untuk terlibat aktif dalam gerakan ini.

Agar hasilnya dapat lebih konkrit, program ini sejak awal sudah diarahkan untuk dapat menggerakkan sektor UMKM di Tanah Air dan secara paralel mendorong percepatan digitalisasi di sektor tersebut.

“Untuk mencapai tujuan dan target program Gernas BBI, sektor jasa keuangan diharapkan dapat berkomitmen untuk terus memfasilitasi pengembangan ekosistem UMKM berbasis digital, memperluas akses pembiayaan UMKM dari hulu ke hilir, melakukan pembinaan dan pendampingan UMKM, serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan UMKM,” ujar Ketua Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam pertemuan yang berlangsung kemarin (27 September).

Cukup menarik melihat keseriusan OJK dalam mendorong pengembangan UMKM. OJK sebelum ini telah melakukan replikasi KUR Klaster dengan total penyaluran kredit Rp140,7T kepada 3,82 juta debitur, membangun ekosistem digital Bank Wakaf Mikro (BWM) yang saat ini telah berdiri 61 BWM dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp72,5 miliar kepada 47,9 ribu nasabah.

OJK juga menyediakan platform pemasaran UMKMMU dengan jumlah UMKM yang telah terdaftar saat ini sebanyak 1.125 UMKM dengan 1.412 kurasi produk unggulan di platform UMKM, melakukan kerja sama dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) dimana saat ini telah dibentuk 289 TPAKD, mendukung program DigiKu serta menginisiasi pendirian Kampus UMKM.

Yang tidak kalah penting, Lembaga tersebut juga telah memberikan ruang untuk UMKM dapat bertahan menghadapi pandemi dengan mengeluarkan kebijakan restrukturisasi melalui POJK 11 tahun 2020 yang diperpanjang hingga Maret 2023.

Kolaborasi

Tentu OJK tidak sendiri dalam menjalankan berbagai inisiatif program tersebut, Bank Indonesia dan pelaku industri jasa keuangan juga sudah ikut berkolaborasi dalam Gernas BBI.

Hingga Juli 2021 kredit perbankan kepada UMKM tercatat masih tumbuh positif sebesar 1,93% secara yoy, terbanyak disalurkan oleh bank BUMN sebesar 58,63% dari total kredit UMKM (Rp645,2 triliun) dengan pertumbuhan positif sebesar 5,12% secara yoy.

Bank-bank pelat merah pun cukup antusias mendukung gerakan ini. Menurut Direktur Bisnis Kecil dan Menengah PT Bank Rakyat Indonesia Amam Sukriyanto, bank-bank BUMN akan terus meningkatkan pembiayaan kepada UMKM melalui berbagai program.

“Kami juga sudah menginisiasi peluncuran digiKU. Berdasarkan data per 24 Agustus 2021, kami sudah menyalurkan Rp2,45 triliun dari sisi pinjaman digital kepada 240.000 lebih debitur UMKM,” katanya.

Perbankan swasta tentu juga tak mau kalah. Menurut Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja, untuk mengembangkan UMKM perlu dilakukan pembinaan dan edukasi sehingga bisa meningkatkan kualitas produk dan jangkauan penjualan.

“Program edukasi kepada UMKM sangatlah penting, oleh karena itu kami memberikan program edukasi kepada UMKM,” ujarnya.

Ke depan, kolaborasi dan sinkronisasi antara setiap elemen diharapkan dapat semakin kuat, sehingga ketika mobilisasi telah dapat dilakukan, perbankan dapat mendukung program UMKM lebih baik lagi.

Tentu saja, kita berharap ajakan cintai produk dalam negeri dan gerakan untuk mendukung pengembangan UMKM dapat semakin konkrit sehingga dirasakan dampaknya secara lebih luas, baik pada pelaku usaha maupun masyarakat sebagai pasar.

Dengan begitu, kampanye Aku Cinta Indonesia, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, atau apapun namanya, benar-benar dapat mendorong penguatan industri Indonesia, menjadikan produk nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan masyarakat semakin bangga menjadi Indonesia. (*)

Exit mobile version