octa vaganza

Bang Isra, Bukti Bir Pletok Betawi Tidak Ketinggalan Zaman

Iis Supriadi (kanan berbaju merah dan berpeci)-Foto: Dokumentasi pribadi.

JAKARTA—-Anak Betawi ketinggalan zaman. Itu kan katanya. Anak Betawi tak berbudaya, itu kan katanya.  Iis Supriadi, anak Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan membuktikan Anak Betawi mampu melestarikan budayanya dan tidak ketinggalan zaman, ketika meluncurkan usaha Bir Pletok Bang Isra pada Januari 2018.

“Kami sudah berdiri sejak 2 Desember 2017. Hanya saja produksi pertama tidak dijual tetapi dibagikan kepada tetangga, suadara dan teman-teman. Setelah mereka bilang rasanya cukup, baru kami terjun ke dunia bisnis,” ujar Iis kepada Peluang, Jumat (5/10/2018).

Dikatakannya, Bir Pletok diinspirasi dari Pergub DKI Jakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang Delapan Ikon Budaya Betawi. Awalnya  Iis memproduksi bir pletok dalam kemasan botol plastik selama tiga bulan. Namun setelah dievaluasi, Iis merasa kemasan botol beling lebih baik dari segi kesehatan dan masa kedaluarsa.

Iis Supriadi dengan finalis Abang None jakarta Selatan 2018-foto: Dokumentasi pribadi.

“Kalau menggunakan plastik lebih tahan satu hingga dua hari.  Kalau menggunaan botol beling tahan sampai dua bulan.  Kami meluncurkan Bir Pletok dalam kemasan botol beling pada bulan keempat, yaitu untuk 220 mili dan 600 mili,” papar IIs, seraya mengatakan tidak hanya sekadar mencari uang, tetapi juga mengangkat unsur budaya.

Bir Pletok diperuntukan lintas budaya,bukan hanya untuk orang Betawi.  Iis punya keinginan dengan dukungan Pemda Provinsi DKI Jakarta bir pletok sebagai welcome drink hotel-hotel di Jakarta. Bir pletok bisa menjadi minuman yang mendunia.

Iis mengaku merogoh modal yang cukup besar mendirikan usaha ini termasuk peralatannya menghabiskan Rp20 juta.  Dia dan tiga kakaknya patungan mendirikan usaha ini.  Produksi pertama 50 liter satu panci dalam seminggu.

“Sekarang ini sekali masak kami sudah bisa 4 panci atau 200 liter dalam satu kali masak. Dalam satu minggu kami bisa masak dua atau tiga kali berdasarkan permintaan atau order.  Pasar pertama adalah kalangan tetangga yang melakukan hajatan disarankan menggunakan bir pletok.  Kami juga memasarkan lewat daring, media sosial, bekerja sama dengan go Jek dan Go Food. Saat ini kami mempunyai 50 reseller seluruh Jakarta,” ungkap Iis.

Usaha ini dijalankan oleh Iis yang juga dipanggil Bang Isra (itu menjadi nama Bir Pletoknya), serta Mpoknya bernama Dahlia yang menjadi juru masak.  Mereka juga dibantu tetangga untuk memasak,juga untuk pemasaran menggandeng tetangga dan suadaranya, terutama kalau ada acara.

Produk Bir Peletok Bang Isra-Foto: Dokumentasi Pribadi.

“Kalau ditanya soal omzet, ya pertama kali satu juta rupiah, meningkat dua juta rupiah, Paling top Rp5 juta penjualan. Tetapi menginjak sembilan omzet mencapai Rp20 jutaan per bulan. Kami berharap bisa meningkat,” tutup Iis, seraya juga mengatakan bisnisnya mengikuti program OK Oce untuk meningkatkan kemampuan manajemennya (Irvan Sjafari).

 

 

Exit mobile version