BANDUNG—-Siapa bilang orang Indonesia tidak mencintai sayuran dan buah lokal? Pemerintah Kota Bandung telah membuktikannya ketika menggelar Bandung Agri Market 2019 di Plaza Balai Kota Bandung, Minggu (15/9/19).
Para pengunjung datang dari berbagai wilayah Kota Bandung mendapatkan produk-produk pertanian yang berkualitas. Sekitar 2.000 bibit tanaman pangan yang disiapkan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung pun ludes dibagikan kepada warga.
Tujuan Dispangtan Kota bandung megadakan acara pameran BAM adalah untuk mempekenalkan buah-buahan dan sayuran lokal serta mengurangi konsumsi buah dan sayuran impor.
Kegiatan inisekaligus sebagai sarana para petani sayuran dan buah-buahan untuk memasarkan langsung komoditas yang mereka miliki kepada masyarakat Kota Bandung.
Bukan hanya bibit tanaman ludes, tetapi juga produk peserta pameran yang notabene dijual juga tandas. Salah seorang peserta bernama Sari, membawa sekitar 500 pot tanaman hias, romain. Pakcoy, seledri,aneka herbal, cabe hias, tomat, terong, rasberi, hingga stroberi.
“Alhamdulillah semua habis. Produk tanaman kami dijual seharga Rp5000 hingga Rp50.000. Produk peserta lain juga laris seperti kacang goreng. Antrian panjang seperti kereta, ” ujar Sari kepada Peluang, Senin (16/9/19).
Animo masyarakat yang tinggi itu menarik perhatian Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana yang hadir untuk membuka acara. Selain untuk mendorong kecintaan terhadap produk pertanian lokal, kegiatan ini menggugah kesadaran warga akan manfaat bercocok tanam.
“Warga yang sudah biasa bercocok tanam diharapkan bisa lebih mandiri dalam memperoleh bahan pangan,” ucap Yana.
Saat ini, 95% kebutuhan pangan Kota Bandung dipasok dari luar kota. Dengan bercocok tanam sendiri, Yana berharap secara perlahan masyarakat bisa mulai membangun ketahanan pangannya. Sehingga tidak terlalu banyak bergantung pada pasokan dari luar.
“Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya warga Kota Bandung menanam pohon, ikan, di lingkungan masing-masing, minimal kebutuhan pangannya terpenuhi dari lingkungannya,” terang dia.
Yana mendorong agar urban farming di kota kembang ini terus berkembang. Apalagi jika metode hidroponik semakin diperkenalkan kepada warga, Yana optimis warga bisa memenuhi kebutuhan sumber pangannya sendiri.
Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengungkapkan Bandung Agri Market 2019 adalah tahun kedua dan mengedepankan urban farming sebagai kampanye utama.
Dengan tema “Tanam Sendiri, Rasakan Hasilnya, Keluarga Bahagia” Pemerintahan Kota Bandung ingin meningkatkan minat masyarakat untuk bercocok tanam di rumah meskipun memiliki lahan yang sempit. Metode penanaman dengan hidroponik menjadi solusi.
“Sayuran hidroponik, karena produksinya cepat, pemeliharaannya mudah, nilai ekonomisnya cukup tinggi,” ujar Gin Gin.
Potensi ekonomi tersebut membuat peminat urban farming di kewilayahan tumbuh dengan pesat. Saat ini, terdapat lebih dari 150 kelompok urban farming yang berada di bawah binaan kewilayahan (van).