
PeluangNews, Sidoarjo — Anggota DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyayangkan masih minimnya nilai tambah dari industri kopi Indonesia. Meski jadi produsen kopi terbesar keempat di dunia, sebagian besar kopi Tanah Air masih diekspor dalam bentuk biji mentah.
“Siapa yang tidak kenal kopi Gayo, Mandailing, Toraja, atau Luwak? Tapi sayangnya, kopi kita justru sering jadi bahan baku untuk merek luar, lalu dijual kembali ke Indonesia dengan harga mahal,” ujar Bamsoet saat mengunjungi Pabrik Kopi Kapal Api di Sidoarjo, Rabu (16/7/2025).
Menurutnya, saatnya kopi Indonesia jadi tuan rumah di negeri sendiri. Artinya, petani, pengolah, dan pelaku usaha kopi lokal harus mendapat tempat utama di pasar dalam negeri.
Bamsoet menekankan pentingnya hilirisasi, yaitu mengolah biji kopi jadi produk jadi yang punya nilai ekonomi lebih tinggi. “Kalau hanya jual mentah, petani kita tetap akan kalah saing. Kita harus dorong produk olahan lokal agar berkembang,” ujarnya.
Negara, lanjut dia, harus hadir memberi insentif, infrastruktur, dan dukungan pembiayaan, terutama bagi UMKM di sektor kopi. Dengan hilirisasi yang kuat, akan terbuka banyak lapangan kerja — dari petani, pekerja pabrik, barista, sampai desainer kemasan dan pemasaran.
Data menunjukkan industri kopi menyerap jutaan tenaga kerja. Bahkan hingga 2024, ada lebih dari 3.000 kedai kopi modern di Indonesia, dan jumlahnya terus tumbuh tiap tahun.
“Kopi bukan cuma soal minuman. Ini soal identitas bangsa dan kedaulatan ekonomi. Jangan sampai kopi kita hanya dikenal lewat merek asing. Sudah waktunya kita berdiri di atas kaki sendiri,” tutupnya. (Aji)