octa vaganza

Balikpapan, Jejak Pengeboran dan Sumur Minyak Abad XIX

Jalanan kota bersih dan rapi. Tak ada pengamen, pengemis, dan pedagang asongan/koran di traffic light, ataupun pedagang kaki lima di trotoar. Balikpapan dinobatkan jadi Kota Paling Dicintai di Dunia versi World Wildlife Fund, pada 2015, mengungguli 43 kota lain di dunia.

BERAWAL abad ke-19, dari sebuah perkampungan nelayan di tepi Selat Makassar. Sejarah Balikpapan tidak terpisahkan dari minyak. Karenanya, Balikpapan disebut juga kota minyak atau banua patra. Khususnya dengan Sumur Minyak Mathilda di kaki Gunung Komendur, di sisi timur Teluk Balikpapan. Momen pengeboran perdana, 10 Februari 1897, ditetapkan sebagai hari jadi Kota Balikpapan. Pada 1907, Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) mendirikan kantor di sini, yang lalu diikuti masuknya investasi dari berbagai perusahaan multinasional.

Dengan banyaknya temuan cadangan minyak di Kalimantan Timur, perkembangan Balikpapan kian pesat, bahkan mengalahkan kota-kota di Jawa saat itu. Perekonomian yang tumbuh melejit memancing banyak pendatang dan ekspatriat. Wajar jika kota ini dikenal sebagai salah satu kota termahal di Indonesia. Kini, seperti banyak kota maju lainnya, Balikpapan telah jadi kota besar yang multietnis.

Sebagai pusat bisnis dan industri, Balikpapan memiliki perekonomian terbesar di seluruh Kalimantan, dengan total PDRB Rp101,547 trilun pada 2019. Dari sisi kependudukan, Balikpapan kota terbesar kedua di Kalimantan Timur (setelah Kota Samarinda) dengan total penduduk 655.178 jiwa (2019). Kota ini punya fasilitas Pelabuhan Semayang dan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman yang kini disebut Sepinggan. Keduanya merupakan yang tersibuk di Pulau Borneo.

Penduduknya tak sampai sejuta jiwa, luas wilayah kota 503,3 km². Kontur tanah kota kedua terbesar di Kalimantan Timur ini (setelah Samarinda) berbukit-bukit. Suku asli penghuni Balikpapan adalah suku Balik, selain itu juga terdapat suku asli Kalimantan di Balikpapan yaitu: Banjar, Kutai, Dayak, Paser, dan Tidung (Bakudapati). Seiring waktu, semakin banyak pendatang dari Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan wilayah lain Indonesia.

Jalanan kota bersih dan rapi. Tak tampak pengamen, pengemis, dan pedagang asongan/koran di traffic light, ataupun pedagang kaki lima di trotoar. Balikpapan dinobatkan sebagai urutan ke-3 Kota Paling Nyaman Huni (Most Livable City Index) di Indonesia oleh Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia. Penilaian berdasarkan tempat ibadah, air bersih, pangan, fasilitas kesehatan, pendidikan, penataan PKL, juga transportasi. Balikpapan juga pernah dinobatkan jadi Kota Paling Dicintai di Dunia versi World Wildlife Fund (WWF), pada 2015, mengalahkan 43 kota lain di dunia.

Untuk maskot Kota, Balikpapan memilih Beruang Madu. Hewan yang makin langka ini berstatus dilindungi di Indonesia sejak tahun 1973. Mski demikian, populasi beruang madu makin mencemaskan. Sebuah data akurat dikemukakan Gabriella Fredriksson, ahli biologi dari University of Amsterdam. Sepanjang 5 tahun penelitiannya (1997—2002) di kawasan Hutan Lindung Sungai Wain, timnya hanya menemukan 50-100 populasi beruang madu di alam liar.

Pemandangan pantai mendominasi sepanjang kota. View pantai menyejukkan mata dan bikin relaks. Cocok untuk wisata bareng keluarga dan teman-teman. Beberapa pantai populer seperti: Pantai Lamaru, Pantai Kumala. Pantai lainnya yang tak kalah penting ada beberapa.

Taman Bekapai terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Klandasan Ulu, Kecamatan Balikpapan Kota. Tempat ini sering jadi ajang tongkrongan anak muda ataupun keluarga bersama anak-anak. Inilah ikon kebanggaan kota, berlokasi di tempat strategis. Di sana berdiri monumen perunggu berbentuk abstrak yang mengeluarkan air mancur dari dalam. Dari pusat Kota Balikpapan berjarak sekitar 6 kilometer.

Danau Cermin Lamaru merupakan danau buatan yang secara tidak sengaja terbentuk dari proyek lapangan tembak untuk tempat latihan TNI/Polri dan atlet. Danau Cermin Lamaru, yang semula cekungan sedalam 10 meter, terisi air dari bawah tanah. Meski bersih dan jernih, air danau tidak dapat dikonsumsi karena mengandung kadar asam yang tinggi dari tanah liat dan batu bara. Pantai di Balikpapan ini dilengkapi arena BMX, skateboard. Jaraknya sekitar 22 km dari pusat kota.

Pantai Melawai. Pada sore hari tampak panorama sunset. Sangat cocok untuk dijadikan tempat santai menghabiskan malam sembari menikmati hidangan di kafe di sana. Jaraknya 8,9 km dari kota. Pantai Serumpun terletak di Jalan Mulawarman hanya dapat dilalui satu mobil. Pantai Manggar Segarasari terletak di Jalan Pantai Manggar Segarasari Manggar, Pantai dengan pasir berwana kecoklatan ini memiliki ombak yang kecil, sehingga pengunjung bisa berenang dengan nyaman atau sekadar mencoba naik jet ski dan baba boat.

Pantai Banua Patra berada di pusat kota dekat Gelora Patra di Jalan Jenderal. Kurang dari 5 km dari pusat kota. Pantai Lamaru terletak di Jalan Mulawarman. Di sini sudah tersedia fasilitas seperti toilet, mushala, warung makan, toko cenderamata, tempat penyewaan seperti ban, kapal bebek, banana boat dan golf cart untuk berkeliling pantai.

Kawasan wisata alam Bukit Bangkirai terletak di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, merupakan tempat konservasi hutan sejak 1998. Luas kawasan ini 1.500 hektare, memiliki sekitar 2.800 flora dan fauna, dan didominasi pepohonan, khususnya bangkirai atau meranti merah. Pengunjung bisa uji nyali di canopy bridge, jembatan yang menghubungkan lima pohon bangkirai dengan ketinggian 30 meter. Bukit Bangkirai dapat dicapai melalui jalur darat, 40 km dari pusat kota.

Bukit Batu Dinding terletak di Jalan Soekarno-Hatta KM 45, Merupakan batuan karst sepanjang 150 meter dengan tinggi 125 meter. Pengunjung biasanya datang untuk menikmati pesona matahari terbit dan terbenam. Akses jalan menuju Bukit Batu Dinding tergolong cukup sulit, apalagi harus mendaki, sehingga pengunjung yang ingin datang harus memastikan bahwa kondisi fisiknya prima. Jaraknya 47 km dari pusat kota.

Kampung Atas Air seluas 6,7 hektare berada di atas permukaan air laut. Di kampung ini pengunjung dapat menyaksikan keindahan tanaman bakau dan tumpak perkampungan dari jembatan beton belakang kampung, atau berenang, atau sekadar berkeliling kampung sambil menyaksikan momen mentari terbenam. Kampung yang dulu kumuh ini sekarang menjadi kampung asri, berlokasi hanya 5 km pusat kota.

Dengan populasi relatif kecil, syarat minimal 30% ruang terbuka hijau (RTH) bukan masalah bagi Balikpapan. Meski berada di pinggir teluk dan panas matahari terasa membakar kulit, Balikpapan tetap sejuk. Sebab, terdapat 20 hutan kota dengan luas lebih dari 120,84 ha, yang tersebar di berbagai wilayah. Antara lain Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain, Kebun Raya Balikpapan, Hutan Kota Pertamina. Selain itu di Balikpapan juga banyak taman dan pepohonan di pinggir dan median jalan.●(dd)

Exit mobile version