
NIAS, Sumatera Utara — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Digital (BAKTI Komdigi) melalui kolaborasi dengan Rumah Perubahan menggelar program Agent of Change (AoC) di wilayah Nias, Sumatera Utara.
Fasilitator program Agent of Change dari Rumah Perubahan Rizky Julianto Perkasa mengatakan melalui program pemberdayaan yang dilakukan dalam kolaborasi tersebut, sebanyak 107 warga Kepulauan Nias dari 20 kelompok lintas kota/kabupaten–Gunungsitoli, Nias, Nias Selatan, Nias Barat, dan Nias Utara–mendapatkan pembinaan selama tiga bulan yang berlangsung hingga Desember 2025.
Para peserta program tersebut merupakan tenaga pendidik, petani, perawat, kepala desa, dan para pemuda yang siap dibentuk dan dibekali untuk menjadi para penggerak perubahan di Nias yang dilengkapi dengan alat digital.
Merujuk pada data BAKTI Komdigi, saat ini terdapat 45% desa di Indonesia yang masih mengalami sinyal internet lemah, Nias termasuk di dalamnya. Meski begitu, 82,6% penduduk wilayah 3T sudah terakses internet.
“Artinya, masalahnya bukan lagi pada akses, namun pemanfaatan. Inisiasi gerakan perubahan yang digelar di Nias ini mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada, melalui pemberdayaan manusia,” ujarnya pada Jumat (12/12).
BAKTI Komdigi dan Rumah Perubahan kemudian melakukan seleksi ketat pada warga di wilayah tersebut dengan mempertimbangkan komitmen dan potensi dampak, sampai akhirnya terpilih 107 peserta yang mewakili empat sektor prioritas, yaitu ekonomi, pariwisata, kesehatan, dan pendidikan hingga akhirnya peserta program Agent of Change.
Fasilitator Utama Rumah Perubahan Palmy Rawinda Meliala mengatakan institusi tersebut kemudian mengumpulkan seluruh peserta dalam satu ruangan untuk memulai proses bersama. Diawali dengan analisis akar masalah (root cause analysis), yaitu metode untuk menelusuri penyebab mendasar, para peserta memetakan akar persoalan di keempat sektor prioritas tersebut. “Peta masalah ini kemudian menjadi kompas,” ujarnya.
Setiap peserta merancang proyek yang menjawab persoalan spesifik di lingkungannya, dengan satu benang merah, yaitu memanfaatkan teknologi digital sebagai ‘alat’.
Dalam waktu yang terbilang singkat, gerakan perubahan mulai terlihat dan menunjukkan hasilnya.
Famoboro Gulo, Agent of Change dari Universitas Nias berhasil mengembangkan website demo untuk transaksi produk kearifan lokal yang membuktikan bahwa pasar digital untuk produk lokal bisa diwujudkan.
Abdi Putra Bawamenewi dari SMK BNKP Gunungsitoli tidak hanya mengangkat mainan tradisional Nias dari kepunahan, tetapi juga mengintegrasikannya dengan kampanye daur ulang kertas, menciptakan narasi yang kuat tentang pelestarian budaya dan lingkungan.
Di sektor kesehatan, ada Florus Gaurifa dari Nias Utara yang menggaungkan “GEMAR BUBAR” (Gerakan Masyarakat Bugar Bebas Ancaman Risiko) dengan strategi komunikasi yang lebih terarah.
Program AoC Nias membuktikan bahwa digitalisasi yang inklusif bukanlah tentang gadget canggih atau aplikasi yang rumit. Ini adalah tentang menyederhanakan teknologi menjadi alat yang bisa dipahami dan diaplikasikan masyarakat akar rumput.
“Kami tidak membawa solusi jadi dari Jakarta. Kami membangun kapasitas agar mereka menemukan solusinya sendiri, dengan caranya, di tanahnya,” ujar Rizky Julianto Perkasa.
Dia mengakui saat ini masih terdapat tantangan di wilayah tersebut, yaitu nfrastruktur Nias yang masih harus didongkrak, koneksi internet yang belum merata, adaptasi yang beragam, dan kebutuhan pendampingan berkelanjutan. Namun, dia optimistis tantangan tersebut akan bisa diatasi jika ada dukungan kebijakan daerah, dan integrasi proyek ke dalam program rutin pemerintah adalah kunci keberlanjutan.
Menurut dia, implementasi program Agent of Change telah berhasil membuktikan bahwa akses internet di ponsel masyarakat bukan sekadar bisa dipakai untuk media sosial, tetapi dapat menggerakkan roda ekonomi, melestarikan budaya, dan ruang kelas tanpa batas untuk mencerdaskan generasi penerus.
“Nias telah membuktikan, ketika lilin-lilin manusia dinyalakan, sinyal digital yang terputus-putus pun bisa disambung menjadi cahaya perubahan yang nyata,” ujarnya.







