hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Bahkan Ular pun Diimpor dari Cina

CUKUP fantastis rilis BPS ini. Ternyata, Indonesia impor 18,2 ton reptil hidup dari Cina sepanjang 2019 lalu. Termasuk ular dan penyu. Nilainya US$216 ribu. Tahun sebelumnya ‘cuma’ 11,6 ton, dengan nilai US$120 ribu. Tak hanya itu, Indonesia mengimpor 1,2 ton mamalia hidup dari Cina, senilai US$98 ribu. BPS tak memerinci jenis mamalia yang dimaksud.

Keran impor atas komoditas hewan hidup (antaranya penyu dan ular) disetop setelah virus Corona (2019-nCoV) merebak. Sedangkan impor makanan olahan atau produk turunan dari daging asal Cina tidak dilarang. Sebab, makanan olahan mereka konon sudah melalu proses hilirisasi dan sterilisasi sehingga aman dikonsumsi.

Pertanyaannya: mau diapakan binatang-binatang itu di sini? Dipelihara? Jelas tidak. Dikonsumsi? Siapa konsumennya? Sebagai ‘berita’ yang baru kali ini terdengar, sejak kapan kita mengimpor mamalia hidup dari Tiongkok? Akankah terus berlanjut, ketika virus corona dianggap mereda? Saya tak tahu kepada siapa beberapa pertanyaan barusan harus disampaikan.●

Wempi Umar

Bekasi, Jawa Barat

pasang iklan di sini