Jawa Barat mencatat prestasi lainnya dalam sejarah perkoperasian. Pada 26 Februari 1950 di Gedung Perhimpunan Saudara, Dalem Kaum, kota Bandung kaum perempuan yang bergabung dalam Simpanan Puteri Indonesia Bandung (SPIB) dan Perkiwa (Partai Kebangsaan Indonesia bagian wanita) mengadakan konferensi, yang dimotori oleh Halimah Purwana dan Tatih Kartakusuma.
Hasil konferensi ini mendirikan koperasi khusus wanita. Perkumpulan ini sudah mempunyai modal Rp5.901, 80 pada akhir 1949. Pada januari 1952 Simpanan Puteri Indonesia menjelma menjadi sebuah bank koperasi. Pada 12 juli 1952 jumlah anggotanya 730 orang dengan total jumlah tabungan Rp72 ribu. Setiap anggota menyimpan antara Rp250 hingga Rp500 (Pikiran Rakjat, 7 Agustus 1952).
Pada 1956 jumlah anggotanya menjadi 14 ribu orang dan menjelang pertengahan 1957 gerakan koperasi wanita yang dipimpinnya sudah memiliki toko kecil bernama “Tridjaja” dengan gedungnya yang didapat atas usaha koperasi wanita senilai Rp280 ribu.
“Perjuangan perempuan di Indonesia seharusnya tidak semata-mata dititikberatkan pada perjaungan politik, tetapi pada perjuangan ekonomi,” ujar Halimah seperti dikutip Pikiran Rakjat 29 Mei 1956.
Pada 11 Mei 1958, Halimah kembali mempelopori pembentukan koperasi untuk perempuan. Mulanya digelar Rapat Pembentukan Koperasi, dengan nama : Koperasi Bank wanita Purwakarta dengan modal pertama Rp520,- (lima ratus dua puluh rupiah). Jumlah anggota awalnya 30 orang.
Pada 1 Juni 1958 diadakan Rapat Kedua dan dikukuhkan Kepengurusan Koperasi, dengan Ketua Umum Ny Rd Halimah Purwana dan Bendahara Ny R Ratna S. Martanegara. Dalam Rapat juga diputuskan, besar simpanan Pokok Anggota Rp100, serta Simpanan Wajib Rp5.
Pada 16 Juni 1960 melalui Forum Rapat Anggota, Koperasi Bank Wanita, diubah namanya menjadi Koperasi Daya Wanita Purwakarta-Bersambung (Irvan Sjafari)