hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Ragam  

Atasi Harga Telur, Arief Prasetyo Adi : NFA Gandeng Kadin Indonesia

Jakarta (Peluang) : Diharapkan kehidupan peternak dan pedagang lebih sejahtera, serta konsumen nyaman.

Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa untuk meredam kenaikan harga telur, maka pasokannya harus diatur jangan sekaligus dalam satu waktu, tapi dibuat berkelanjutan dengan menyasar daerah-daerah yang membutuhkan.

Terkait hal itu menurutnya, NFA telah bermitra dengan pengusaha yang bergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk menjamin keberlangsungan pengiriman komoditi pangan ke sejumlah daerah.

Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan agar faktor pendorong inflasi termasuk pangan tidak boleh melebihi angka pertumbuhan ekonomi 4,9 persen.

Hal ini menurutnya, menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi dengan berbagai elemen termasuk Kadin, mengingat kontribusi pangan terhadap inflasi cukup tinggi dibanding sektor lainnya.

“Kami berharap dengan menggandeng pengusaha yang ada di Kadin Indonesia, kehidupan petani dan peternak tetap untung, pedagang sejahtera, dan terpenting konsumen nyaman,” kata Arief saat memberikan pengarahan pada Rapimprov III Kadin DKI Jakarta di Hotel Mulia, Jakarta, Sabtu (27/8/2022).

Lebih lanjut ia menjelaskan, harga telur yang tinggi saat ini karena sedang mencari keseimbangan akibat kenaikan beberapa variabel biaya. Seperti pakan masih ada yang impor sehingga ketika mata uang bergejolak, harganya ikut naik.

Adapun variabel lainnya yang memberikan kontribusi besar pada kenaikan harga telur adalah biaya transportasi.

“Biaya transportasi salah satu variabel yang memberi kontribusi besar kenaikan harga telur. Apalagi telur bukan komoditi yang tahan lama,” kata Arif.

Menurutnya, harga telur tidak mungkin kembali ke harga Rp 19.000 hingga Rp 20.000 per kilogram (kg), karena itu akan mematikan peternak.

“Kalau harganya masih Rp19.000- Rp20.000 per kg, peternak pasti kolaps dan mereka bakal kapok menjadi peternak,” ujar Arief.

Arief Prasetyo Adi yang juga Wakil Ketua Dewan Penasehat Kadin DKI Jakarta mengatakan, ketika harga telur jatuh empat bulan menjelang lebaran, semua peternak memotong ayam petelur untuk menutup kerugian.

“Tapi apa yang terjadi setelah harga telur kembali normal. Pengadaan ayam petelur itu tidak mudah. Butuh waktu lima hingga enam bulan agar ayam bisa bertelur lagi,” ungkap Arief.

Menurutnya, agar produksi dan konsumsi dapat sejalan harus dilakukan koordinasi lintas lembaga dan kementerian. Dan sebagai tindak lanjut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk memetakan daerah-daerah rawan kemiskinan agar bisa dipasok telur ayam.

“Tidak hanya telur ayam, tapi juga sembilan bahan pangan lainnya kita akan siapkan sebagai upaya tercapainya keseimbangan antara konsumsi dan produksi,” ungkap Arief.

Pada kesempatan itu, Ketua Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi mengatakan, pihaknya siap menjalin kemitraan dengan Badan Pangan Nasional.

Salah satunya menurut Diana adalah melalui kegiatan Jakarta Festival dengan memfasilitasi usaha mikro kecil menengah (UMKM) di bidang kuliner.

Diana juga memastikan Kadin DKI Jakarta mendukung NFA agar menjadi jembatan dalam upaya mencari keseimbangan antara produksi dengan konsumsi.

Apalagi menurutnya, saat ini harga beberapa bahan pangan mengalami kenaikan seperti telur ayam. Sehingga untuk mengatasinya diperlukan sinergi antara pemerintah dengan pemangku kepentingan.

“Kenaikan harga telur lebih disebabkan adanya anomali cuaca sehingga membutuhkan peran serta pemerintah dan swasta untuk melakukan normalisasi,” pungkas Diana Dewi yang juga CEO PT Suri Nusantara Jaya. (S1).

pasang iklan di sini