Site icon Peluang News

Asosiasi Profesi Terbuka dan Berprinsip Take & Give

Peluangnews, Jakarta – Salah satu Asosiasi Profesi di Indonesia mengutarakan sikap terbuka dan transparan terhadap berbagai misi dagang asal Tiongkok, sejauh produk barang dan jasa yang dipasarkan bertaut dengan kebutuhan industri di Indonesia.

“Kami terbuka bekerjasama dengan siapapun, sejauh ada kaitannya dengan profesi kami. kebetulan kali ini delegasi dari Tiongkok, sehingga pilihan yang lebih banyak. Tapi kami harus tahu produk, teknologinya,” kata Salah satu Pengurus Asosiasi tersebut, tanpa mau menyebutkan namanya.

Asosiasi tidak memberi endorsement terhadap produk barang dan jasa yang dipasarkan. Sebagaimana delegasi dari Tiongkok bermaksud mengadakan pertemuan, memperkenalkan teknologi untuk rekayasa. Asosiasi terbuka dan berprinsip pada take and give.

“Tapi hal ini tentunya dibarengi dengan ‘pembekalan’. Ada kontribusi (buat asosiasi). Kami harus bahas pada tahap awal terkait take & give. Yang perlu kami jaga, secara etika, kita tidak bisa endorse satu produk. Tapi kami bisa kemas sedemikian rupa sehingga formatnya seperti endorsement,” ungkap pengurus asosiasi tersebut.

Misi dagang dari luar negeri sodori produk barang dan jasa, sangat mungkin sesuai dengan kebutuhan sekarang ini. Ada produk tertentu yang kadang dibutuhkan karena program infrastruktur yang sedang jor-joran. Ada juga produk barang dan jasa yang sedang dibutuhkan di tengah pembangunan IKN (ibu kota Negara). Asosiasi bisa saja sodori sarana social media, website, membangun endorsement terhadap produk yang ditampilkan dan dipasarkan.

“Ini juga dimungkinkan untuk ‘pembekalan’ selama produknya relevan. Kami tidak mau terima produk yang bermasalah. Bisa ada beberapa konsep untuk pencapaian expectation. Kalau sekedar ngobrol dan tidak berharap ada follow up untuk jangka panjang, ya sudah!,” ujarnya.

Ia menggambarkan situasi dimana delegasi misi datang ke sekretariat asosiasi. Salah satu pengurus, bukan ketuanya yang temui delegasi. Seperti biasanya, delegasi saling mengenalkan. Tapi setelah pengenalan produk barang dan jasa, upaya misi dagang luar negeri hanya mentok pada yang bersangkutan. Ia juga merasa tidak berkewajiban untuk follow up.

“Tidak ada gunanya. Sehingga saya mau tahu lebih dulu konsep untuk rencana pertemuan misi dagang tersebut. Kl delegasi datang, kami sebagai host terbuka, lalu tidak ada kewajiban apa-apa untuk follow up, atau kerjasama jangka panjang, kita hanya buang waktu saja. Saya yakin, biasanya pasti ada expectation dari misi dagang luar negeri,” katanya.  (alb)

Exit mobile version