Peluangnews, Jakarta – Berdasarkan data Global Psoriasis Atlas, salah satu badan riset mengenai epidemiologi psoriasis, pada 2022 terdapat 10.7 juta orang yang hidup dengan psoriasis di benua Asia. Sedangkan, sumber serupa menyatakan bahwa secara khusus di Indonesia, prevalensi psoriasis mencapai 797.380 orang.
Kondisi psoriasis sendiri adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan kulit bersisik, menebal, mudah terkelupas, dan kadang juga terasa gatal hingga perih melepuh. Penting untuk dicatat bahwa psoriasis tidak menular.
Disebabkan oleh autoimun atau kondisi sel kekebalan tubuh yang menyerang sel sehat, secara umum psoriasis ditandai dengan bermunculannya bercak merah meradang di kulit bagian lutut, siku, punggung bagian bawah, dan kulit kepala, namun tidak menutup kemungkinan untuk muncul di permukaan mana saja pada kulit. Jika digaruk di area bersisik, maka cenderung timbul bintik perdarahan di kulit lapisan terbawah. Psoriasis juga dapat menyerang persendian, dikenal sebagai Psoriatik Arthritis.
Hingga saat ini, para ilmuwan dan dokter belum menemukan penyembuh psoriasis. Dampak psoriasis tidak hanya sekedar kondisi kulit, namun keseluruhan secara fisik, mental, dan emosional. Kepercayaan diri penyintas adalah salah satu hal yang paling terdampak oleh kondisi penyakit ini dikarenakan stigma negatif dari masyarakat sekitar.
Melihat hal ini, ERHA Skinsitive, brand dari ERHA Skincare yang dikhususkan untuk menjawab kebutuhan mereka yang memiliki kulit sensitif baik secara genetik maupun yang dipengaruhi oleh faktor eksternal atau gaya hidup, diformulasikan dan direkomendasikan oleh ahli dermatologi dengan formula gentle dan hypoallergenic.
“Kondisi psoriasis sungguh menjadi tantangan dan hendaya bagi para Pejuang Psoriasis dalam menjalani keseharian hidup, namun kita dapat bersama-sama mengambil langkah untuk meminimalisir agar para Pejuang Psoriasis dapat terus menjalankan hidupnya dengan nyaman dan bahagia. Pola pikir penerimaan akan kondisi tubuhnya dapat membuat pasien Psoriasis lebih bersahabat dan berdamai dengan penyakitnya. Terlebih bila pasien didukung oleh support system yang solid dan kerja sama yang baik dari keluarga dan lingkungan sekitar, juga melalui pembinaan dan perawatan yang dilakukan dokter secara komprehensif dan berkesinambungan,” ungkap ERHA Dermatologist Dr. Grace NS Wardhana, SpKK, FINSDV, FAADV dilansir dari keterangan resmi, Senin (19/6).
Sementara itu, Founder Psoriasis Indonesia Chiara Lionel Salim menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk senantiasa memberdayakan Pejuang Psoriasis.
“Tujuan utama kehadiran komunitas kami adalah untuk secara proaktif mengedukasi untuk meningkatkan kesadaran serta mendukung para Pejuang Psoriasis tentang bagaimana mereka dapat mengelola, lebih menerima, dan belajar untuk hidup berdampingan dengan kondisi ini. Hidup bersama psoriasis tidak mudah, berdampak tidak hanya pada fisik, namun metal dan emosional juga. Terlebih lagi rendahnya kesadaran masyarakat pada kondisi ini yang mengakibatkan stigma negatif terhadap psoriasis,” kata Chiara.
“Belajar untuk berdamai dengan psoriasis merupakan salah satu kunci untuk dapat hidup lebih baik. Oleh karena itu di sini, kami menuntun para Pejuang Psoriasis dalam kapasitas kami sehingga mereka dapat mengambil balik kendali pada hidup mereka untuk dapat jalani hidup yang lebih baik berdampingan bersama psoriasis. Belajar dan mempercayai bahwa memiliki psoriasis bukanlah akhir dari segalanya,” sambungnya.
Setiap orang memiliki pemicu psoriasis yang berbeda, dan dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh penyintas di bagian kulit kepala, tangan, kaki, hidung, bibir, dan bahkan alat kelamin.
Meski belum ada penyembuhannya, satu hal yang dapat dilakukan Pejuang Psoriasis yaitu dengan meminimalisir rangsangan eksternal seperti alkohol, kebiasaan merokok, meminimalisirkan stress fisik dan mental, komorbiditas, pola hidup yang buruk, dan sebagainya untuk mencapai masa remisi atau kondisi di mana psoriasis dalam kendali dan tidak kambuh. (Aji)