Peluang News, Jakarta – Angka kemiskinan di Indonesia per bulan Maret 2024 merupakan yang terendah dalam 10 tahun terakhir.
“Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2024 angka kemiskinan di Indonesia sebesar 9,03%,” kata Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Muhadjir Effendy saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (3/7/2024).
Sejalan dengan angka kemiskinan, lanjut Muhajir, kondisi kemiskinan ekstrem di Indonesia juga terus mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin ekstrem Indonesia pada Maret 2024 sebesar 0,83% berhasil turun 0,29% poin terhadap Maret 2023 sebesar 1,12%.
Berdasarkan Inpres No.4 Tahun 2022, Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan angka kemiskinan 7,5%, dan angka kemiskinan ekstrem 0% di tahun 2024, sehingga waktu yang dibutuhkan hanya tinggal lima bulan lagi.
“Kita upayakan dalam lima bulan ke depan untuk semua intervensi yang sudah ada kita optimalkan. Intervensinya dari tiga strategi, yaitu menekan angka pengeluaran keluarga miskin, menaikkan pendapatan melalui program pemberdayaan, dan kita juga mengoptimalkan penanganan kantong kemiskinan,” tutur Muhadjir.
Dia mengemukakan rasio gini atau ketimpangan berdasarkan data BPS yang mengalami penurunan positif.
“Gini ratio mengalami penurunan signifikan pada Maret 2024 yaitu mencapai 0,379 poin. Penurunan sebesar 0,009 poin dari tahun sebelumnya sebesar 0,388 poin pada Maret 2023. Kita tahu bahwa rentangan indeks gini 0-1, semakin mendekati nol semakin bagus,” ujar Muhadjir.
Untuk mencapai target penurunan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem, dia menekankan pentingnya kolaborasi multipihak.
“Ini tentu melibatkan unsur pentahelix, terus kita pacu agar fungsi lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok strategis di masyarakat betul-betul bisa ambil bagian dalam upaya percepatan penurunan kemiskinan dan penghapusan kemiskinan ekstrem,” ujar dia.
Menko PMK menambahkan, pentingnya peran dari pemerintah daerah yang memiliki andil nyata dalam upaya menurunkan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem. []