octa vaganza

Anggota Kopsyah BMI Tunjukan Militansinya Lawan Oknum Aparat Desa Arogan

TANGERANG-–Sebagai seorang staf lapangan dari Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) Cabang Cipuka Dicky rutin hadir dalam  Pertemuan di Rembug Pusat Bulan Desa Dukuh Kecamatan Cikupa. Begitu juga pada Rabu lalu (11/3/20).

Namun pertemuan kali ini menjadi “berbeda”, ketika acara rembug pusat berlangsung, tiba tiba datang salah seorang staf Desa Dukuh yang menghampiri dan tanpa basa basi menyampaikan pesan bahwa aparat Desa Dukuh akan menutup semua akses koperasi dan bank emok yang hadir di wilayahnya, termasuk pertemuan dalam rembug pusat yang diadakan oleh Kopsyah BMI.

Sontak, sikap yang arogan dan tidak mengenakkan itu mendapat perlawanan dari anggota rembug pusat Bulan. Ketua Rembug Pusat Bulan, Yosi, langsung berdiri dan berteriak lantang kepada aparat Desa yang tiba tiba datang dan bersikap arogan tersebut.

”Apa dasarnya anda mau membubarkan rembug pusat kami. Kami ini Kopsyah BMI, beda sama yang lain seperti Bank gelap berkedok koperasi!” cetusnya.

 Yosi menyebut mereka berusaha meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan bergabung dengan Kopsyah BMI.

“Memang Anda bisa bayarin semua utang kami kepada Kopsyah BMI? Di sini kami dengan infaq dalam kencleng 1000 rupiah per minggu saja bisa menolong saudara saudara kami yang membutuhkan?” tutur Yosi seperti dilansir dari Klikbmi.

Dia menuturkan Kopsyah BMI memberikan bantuan hibah rumah gratis kepada saudaranya, menyantuni anak yatim, menyantuni yang miskin di antara merea, menyekolahkan Paket C anak anak mereka.

“Memang bisa anda mengganti semua itu?” teriak Yosi yang diikuti teriakan lantang dari semua anggota rembug.

Mendengar penolakan keras dari masyarakat, aparat Desa Dukuh tersebut langsung meninggalkan tempat pertemuan.

Wakil Presiden Kopsyah BMI, Radius Usman yang sedang berada di Cabang Cikupa, mengatakan bahwa Kopsyah BMI berbeda dengan Bank gelap yang berkedok koperasi lainnya. Koperasi ini  sejatinya untuk pemberdayaan dan hadir untuk bersama sama anggota meningkatkan kesejahteraan melalui koperasi.

“Manfaat dari Kopsyah BMI dirasakan langsung oleh anggota tersebut, sehingga wajar mereka marah ketika Kopsyah BMI disamakan dengan bank emok lainnya, karena militansinya terbangun kuat sebagai dampak dari kemanfaatan yang diterima oleh mereka,” ujar Radius.

Lebih lanjut Radius mengatakan bahwa harus ada punishment buat lembaga keuangan mikro baik bank atau pun non bank yang menerapkan interest rate di luar ketentuan yang berlaku.

“Jika di India lembaga keuangan yang menerapkan interest rate di atas ketentuan, langsung diproses dan dipenjara. Kita juga harus tegas seperti itu biar rakyat tidak sengsara,” terang Radius mencontohkan.

Fenomena bank emok memang terus menjadi momok yang menakutkan bagi warga yang terlanjur meminjam kepada Bank gelap yang berkedok koperasi.

Berkali kali seluruh pegiat koperasi bersama Pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM, meneriakkan berantas rentenir berkedok koperasi, tetap saja ada yang bandel dan bertindak di luar prinsip dan jati diri koperasi.

Secara terpisah Presiden Direktur Kopsyah BMI, Kamaruddin Batubara, menegaskan bahwa jelas solusi menghadapi bank emok adalah tiga hal yang sudah dipaparkan sebelumnya.

“Kita ini sekarang sedang perang melawan kapitalis. Koperasi BMI sedang berjuang untuk mengembalikan hak atas aset produktif dan tanah garapan yang sekarang banyak dikuasai oleh kapitalis,” katanya.

Semangatnya adalah melalui wakaf dari anggota, akan kita kembalikan lahan lahan produktif dan aset yang telah dikuasai kaum kapitalis. Kamaruddin mengatakan,  kita serahkan kembali kepada anggota dan masyarakat untuk diolah kembali untuk sebesar besarnya kesejahteraan anggota dan masyarakat.

Selain melakukan edukasi warga, perketat izin, juga harus evaluasi lembaga keuangannya agar jangan bertindak di luar prinsip koperasi. Penyelesaian apapun harus berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong. Semangat ini harus dijaga.

“Kita ini sedang dakwah muamalah melawan kapitalis. Jangan direcoki dengan sikap sikap yang tidak mencerminkan budaya dan nilai dasar koperasi itu sendiri. Musuh kita adalah kapitalisme, kita gusur itu dengan sistem ekonomi kerakyatan melalui koperasi. Kita harus yakin, ini soal waktu saja, ” pungkas Kamaruddin.

Exit mobile version