octa vaganza

Amuk Sepak Menyepak Dengan dan Tanpa Bola

Olah raga di Indonesia jarang yang murni. Rata-rata jenis campur, ala mixed martial art. Misalnya, tinju campur lempar kursi. Sepakbola campur bakar mobil. Joke seperti itu tampaknya ada benarnya.

SEPAKBOLA klub kita ditandai banyak kerusuhan. Baik antar suporter maupun antarpemain. Penyebabnya? Utamanya faktor kekalahan. Kekalahan menyebabkan kekecewaan yang mendalam bagi suporter. Sebenarnya, kekalahan ini juga berdampak bagi manajemen klub baik internal maupun eksternal. Kedua, Saling ejek. Lagu-lagu dan yel-yel ejekan yang ditujukan kepada suporter lawan potensial memprovokasi dan memicu terjadinya kerusuhan.

Ketiga, usia supporter relatif muda. Walaupun tidak semua pendukung berusia muda, kebanyakan suporter fanatik adalah remaja 15—20-an tahun. Terkadang hanya masalah sepele saja, dengan  udah emosi mereka tersulu. Keempat, Pendidikan rendah. Orang yang berpendidikan rendah cenderung melakukan segalanya begitu saja, risiko dipikirkan belakangan. Walau belum ada penelitian terkait hal ini, banyak suporter klub sepakbola kita yang lulusan SD, SMP, atau SMA.

Persebaya vs. Arema 2006 (Surabaya). Ribuan Bonekmania mengamuk, membakar tiga unit mobil (2 milik ANTV dan 1 minibus TVRI Surabaya) dan merusak fasilitas di Gelora 10 Nopember usai laga. Kerusuhan 3 September 2006 ini merusak dua unit mobil APV milik ANTV dan satu mini bus milik TVRI Surabaya. Penyebabnya, ketika Arema unggul di menit ke-85, mereka mengulur-ulur waktu. Warsidi, pemain belakang Arema, jatuh entah kenapa setelah nendang bola. Wasit hentikan pertandingan. Suporter merangsak dan merusak. Perkantoran di depan Stadion pun berantakan ditimpuki batu, termasuk kantor Pemda PSSI Jatim. Buntutnya, Bonek dilarang menghadiri Persebaya dalam enam laga tandang.

Persija vs. Persib 2012 (Jakarta). Inilah perseteruan antara dua kelompok suporter terbesar di Indonesia ini menjadi perseteruan agak permanen. The Jak Mania suporter Persija Jakarta dan Bobotoh atau Viking pendukung dari Persib Bandung merupakan dua kelompok suporter yang sering sekali bertikai. Salah satu kerusuhan terhebat dua suporter terjadi di Gelora Bung Karno, 27 Mei 2012. Dalam insiden itu, 3 orang tewas. Baju biru yang merupakan warna kebanggaan masyarakat Jawa Barat.

Persis Solo vs. Martapura FC 2014 (Solo). Kerusuhan ini menelan satu korban jiwa tanpa identitas. Kerusuhan terjadi karena keputusan wasit Ahmad Jafri yang dinilai berat sebelah, mengecewakan para suporter dan tim Persis Solo. Kerusuhan ini menyebabkan bus pariwisata yang akan dinaiki pemain Martapura FC hancur akibat dilempari batu oleh pendukung Persis Solo. Selain itu, satu unit sepeda motor KLX milik Sabhara pun ludes terbakar.

Persija vs. Sriwijaya 2016 (Jakarta). Pertandingan harus dihentikan pada menit 81 dengan skor 1-0 untuk keunggulan Sriwijaya. Alasan wasit Djumadi Effendi menghentikan pertandingan: kondisi di stadion sudah tidak efektif, banyak suporter yang masuk ke lapangan. Diduga kerusuhan yang terjadi pada laga Persija Jakarta melawan Sriwijaya FC Palembang merupakan buntut dari kekecewaan The Jak atas meninggalnya Fahreza pada pertandingan Persija melawan Persela yang terjadi sebelumnya, 13 Mei 2016.

            Persita vs. PSMS Medan 2017 (Cibinong). Kerusuhan antarpendukung ini terjadi di Stadion Mini Persikabo, Bogor, seusai pertandingan. Suporter Persita masuk ke lapangan melakukan aksi seperti demo kepada timnya akibat kekalahan dari PSMS Medan. Para pendukung Laskar Cisadane lalu menghampir pendukung PSMS Medan yang didominasi oleh Militer milik Divisi 1 Kostrad Cilodong. Terjadi adegan kejar-kejaran sampai luar stadion. Satu korban tewas dan 17 orang luka-luka.●(Zian)

Exit mobile version