
Peluang News, Jakarta – Sebagai wujud advokasi memperkuat pemahaman publik terhadap financial technology (fintech) di Indonesia, Perusahaan microfinance, Amartha bersama dengan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) resmi meluncurkan Fintech Media Toolkit, pada Selasa (5/3/2024).
Chief Risk and Sustainability Officer Amartha, Aria Widyanto menyampaikan bahwa peluncuran ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap fintech yang mweupakan penyedia layanan keuangan mikro di tanah air.
“Jadi, Amartha dan Celios meluncurkan Fintech Media Toolkit sebagai wujud advokasi perkuat pemahaman publik terhadap fintech sebagai penyedia layanan keuangan mikro berbasis teknologi yang mampu mensejahterakan masyarakat secara merata dan inklusif,” ujar Aria dalam keterangan resminya, Rabu (6/3/2024).
“Penyaluran kredit mikro Amartha sendiri ini pun tujuan utamanya yaitu untuk mendukung segmen akar rumput agar produktif sekaligus dorong pemerataan kesejahteraan di wilayah rural,” sambungnya.
Dengan adanya inovasi tersebut, ia berharap agar segmen akar rumput yang produktif akan lebih mudah mendapatkan akses layanan keuangan untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
Apalagi, menurutnya, lanskap fintech Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan, tren peningkatan volume penyaluran pinjaman secara digital dari Januari 2020 – September 2023 tercatat sebesar Rp21 triliun.
Ia menjelaskan, sebagai pedoman penguatan pembiayaan UMKM, Fintech Media Toolkit merekomendasikan empat aspek yang harus dilakukan.
Adapun keempat aspek tersebut yang pertama yaitu mengenai peningkatan peran dan pemanfaatan Fintech.
Kemudian, mengenai peningkatan resiliensi UMKM khususnya dalam masa krisis. Lalu, perlunya membantu UMKM dalam transisi hijau, serta perlunya ketersediaan data granular UMKM untuk membantu UMKM mengakses pembiayaan di tanah air.
Sementara itu, selaku Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira mengatakan, Fintech Media Toolkit ini merupakan rangkuman dari berbagai konsep, inisiatif, strategi, dan kisah lapangan fintech di segmen akar rumput produktif yang berperan sebagai alat bantu tingkatkan public awareness.
“Penguatan industri fintech ini dapat diawali dengan penguatan fase credit scoring, sebagai upaya mitigasi risiko untuk menjaga kualitas penyaluran kredit mikro yang sehat,” kata Bhima.
“Sebagai contohnya, Amartha mengoptimalkan penggunaan risk-profiling berbasis AI (kecerdasan buatan) agar lebih akurat untuk memitigasi risiko, serta menjaga kualitas
pinjaman ke UMKM,” jelasnya.
Menurutnya, hal ini merupakan standar yang sangat baik di industri dengan misi akhir yang bertujuan untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam Impact investing di Indonesia.
Adapun investing atau investasi berdampak merupakan salah satu strategi investasi yang tidak hanya memberikan keuntungan finansial terhadap para investor, melainkan juga berkontribusi dalam memberikan dampak sosial maupun lingkungan yang lebih luas dan positif.