MALANG—Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meninjau pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian bagi Kelompok Tani Sumber Rejeki dan Gapoktan Nakulo di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Sabtu (4/9/21).
Penyaluran kredit itu dilakukan BNI sebesar Rp 50 juta untuk masing-masing gapoktan. Para petani mengembangkan potensi yang ada di desanya.
Di antaranya budi daya alpukat pemeling, di mana para petani digandeng oleh PT Pameling Raja Nusantara (Paranusa). Budi daya ini menjadi percontohan optimalisasi kelompok petani di Indonesia. Mereka mampu menyediakan bibit pohon alpukat plus bonus konsultasi dan bimbingan teknis kepada petani.
Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, alpukat pameling milik PT Paranusa akan dikembangkan demi merambah pasar dunia. PT Paranusa akan dijadikan role model di Indonesia. Sebab, alpukat yang ada memiliki kualitas tinggi dan ukuran jumbo dibandingkan alpukat biasanya.
Wimbo mengatakan, budi daya alpukat di desa ini menjadi salah satu ekositem produk pertanian alpukat dan akan kita kembangkan prosesingnya. Selain dijual sebagai alpukat untuk dimakan tetapi juga bisa dibuat produk lainnya yang bisa menyerap tenaga kerja.
“Nanti akan dihubungkan dengan ekosistem ekspor ini tidak hanya satu tempat tapi akan dikembangkan ke seluruh Indonesia,” kata Wimboh ketika meninjau lahan alpukat, Minggu (5/9/21).
Lanjut Wimboh, pemerintah akan hadir melihat dan membantu ekosistem ini sampai pada ekspor. Sementara perbankan dengan Pameling Raja Nusantara ini sudah diberikan KUR dalam model klaster, sampai KUR pada ekspor.
Pada kesempatan yang sama Ketua Gapoktan Karya Makmur, Dadang Pramudya mengatakan, budi daya ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2016. Namun baru 2020 mulai bergerak lagi. Kini terdapat hampir 8.000 bibit.
“Kita targetnya 1 juta bibit untuk usianya pohon alpukat pameling bisa mencapai 70 tahun hingga ratusan,” kata Dadang.
Alpukat pameling memiliki keistimewaan ukurannya lebih besar dengan bentuk yang agak lonjong. Satu buah bisa memiliki berat 600 gram hingga 2 kilogram. Memiliki buah tebal, berwarna kuning dengan biji yang kecil. Produktivitas pohonnya cukup banyak, satu pohon bisa menghasilkan 400 kilogram buah.
Dulu petani menjual hanya sekedarnya. Sekarang lebih dari itu, bisa ekspor dan diolah. Dulu menurut Dadang, petani khawatir mau dijual kemana. Sekarang antusias karena sakarang sekilo bisa Rp30 ribu lebih.
“Sekarang berbondong-bondong menanam alpukat karena 10 ton sekali panen. Dan ini tidak mengenal musim satu tahun bisa dua atau tiga kali panen,” tandas Dadang
Bupati Malang, M Sanusi mengatakan, bahwa Malang menjadi sentra pengembangan bibit alpukat pameling di Indonesia. Selain di Lawang, Kabupaten Malang juga punya kebun alpukat pameling di wilayah Wajak. Per pohon bisa menghasilkan Rp6 juta dari panen alpukat pameling. Dalam waktu dekat panen raya akan dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo.
“Petani sekarang itu sudah pandai sudah pintar tentang analisa ekonomi. Ketika analisa ekonominya tinggi petani akan tanam alpukat pameling. Sudah ditanam 50 hektare di Wajak umur 2 tahun nanti tahun ketiga siap panen dan Pak Presiden akan datang. Itu ditanam di lahan warga, produktifitas 1 pohon 400 kilogram dengan harga Rp30 ribu bisa Rp6 juta (per pohon),” kata Sanusi.
“