JAKARTA—-Mencintai alam, menghargai manusia, serta berwirausaha bisa dipadukan menjadi satu. Demikian kesan yang didapat ketika Alia Felicia mengungkapkan perjalanan usaha kerajinannya.
Prempuan kelahiran 1983 ini mendirikan kerajinan berbahan dasar kanvas dengan brand AIU Craft, singkatan dari Art Inovatif Unik (AIU) sejak 2016. Tujuannya ingin menawarkan oleh-oleh khas Jakarta untuk para wisatawan.
“Nama awalnya sebetulnya Ada Ini Itu, tetapi kemudian saya ganti. Saya sudah buat kerajinan sejak 2009, namun mulai fokus dengan bahan kanvas yang recycle pada 2016. Produk saya memang ramah lingkungan,” ujar warga Duren Sawit ini kepada Peluang, Selasa (28/1/20).
Ramah lingkungan, karena tidak mengandung polyster (plastik). Tinta yang digunakan pun juga organik yang hanya bisa nempel dikatun, kayu, dan kertas.
Produk yang dibuat antara lain pauch, tempat pensil dan tas dengan berbagai macam ukuran. Yang kemudian membedakannya dengan usaha kerajinan lain yang serupa, ialah desain yang dibuatnya benar-benar konsepnya dari Alia.
“Biasanya suvenir khas Jakarta berornamen ondel-ndel, tapi gambar ondel-ondelnya bukan yang kebanyakan. Saya buat kreasi gambar ondel-ondel sendiri, begitu juga dengan ornamen yang mengacu pada kota tua Jakarta,” papar alumni Jurusan Humas Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini.
Alia mengaku tidak mau ambil gambar dari Google. Pasalnya kalau hanya asal tempel, risikonya bakal kena hak cipta. “Bagus kalau digugat ketika hanya berdua dengan suami, tetapi kini, AIU Craft sudah mengerjakan puluhan orang, termasuk belasan desainer,” ujar Alia.
Produknya mendapat sambutan pasar yang lumayan, baik secara daring (online) maupun yang mengunjungi studionya. Dalam sebulan AIU Cfart mampu memproduksi produk kerajinan kanvasnya hingga 1.500 buah.
Satu produk dijual berkisar antara Rp25 ribu hingga Rp250 ribu. Omzetnya per bulan rata-rata Rp100 juta. Pembelinya ada wisatawan lokal, hingga wistawan mancanegara. Di antaranya turis Jepang yang kerap datang ke studio pilih barang sendiri.
Turis Jepang senang suvenir yang kecil seharga Rp30 ribuan. Sementara orang Eropa tas besar untuk kepelruan belanja di pasar swalayan. Turis lokal lebih suka beli tas warna-warni.
Agar rekannya bekerja dengan hati, Alia benar-benar membayar keringatnya dengan layak, bahkan sampai biaya pendidikan dan kesehatannya.
“Bisnis itu humanis. Agar mereka kerja sama dengan saya tidak sakit, maka saya beri vitamin dan dijamin kesejaterahannya,” papar dia.
Ke depan, Alia akan memperluas pasarnya. Bukan saja teman wisata Jakarta, tetapi juga Bali dan Labuan Bajo.
“Tentunya mitra yang kerja sama harus sepaham, di antaranya tidak menindas orang yang menjadi pekerja dan dibayar dengan layak,” pungkas Alia (Irvan sjafari).