hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Alarm Bahaya dari Timbunan Sampah Elektronik

Tingkat kerumitan teknis daur ulang yang tinggibutuh keahlian. Satu produk bisa terbuat dari 1.000 lebih jenis material. Peralatan elektronik semakin kecil dan ringan, sehingga mempersulit proses pemilahan.

Jumlah sampah elektronik meningkat dengan sangat cepat. Kemajuan teknologi yang gesit, peningkatan daya beli, serta kebutuhan kenyamanan dan konektivitas konsumen mendongkrak penjualan barang elektronik. Dunia mengalami elektronifikasi dengan transformasi digital. Di sisi lain, daur ulang sampah elektronik tertinggal jauh dibanding laju pertumbuhannya.

Rokok elektronik (vape) merupakan penyumbang besar limbah elektronik yang berbahaya. Penjualan vape mencapai lebih dari 844 juta unit pada 2022. Sampah ini tergolong berbahaya karena mengandung berbagai metal, termasuk 130 ton zat beracun lithium.

Statista memperkirakan nilai pasar consumer electronics dunia pada 2025 mencapai US$977,7 miliar, dan tumbuh rata-rata 2,9% per tahun hingga 2029. Pengelolaan sampahnya menjadi pelik. Sampah Elektronik (E-Waste) Basel Convention mendefinisikan Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE) sebagai peralatan elektrikal atau elektronik yang dibuang, seperti komputer, handphone, peralatan rumah-tangga, peralatan medis, e-scooter, pompa, termasuk semua komponen, sub-asembli dan consumables-nya.

Sampah elektronik dihasilkan oleh rumah-tangga, bisnis, pemerintah, dan industri. Jumlah e-waste terus meningkat. Menurut Global E-Waste Monitor 2024 terbitan Unitar (United Nations Institute for Training and Research), pada 2022 dunia menghasilkan 62 juta ton e-waste. Panel surya menghasilkan 0,6 juta ton e-waste pada 2022, dan diproyeksikan menjadi 2,4 juta ton pada 2030.

E-waste mengandung racun yang tidak dapat terurai secara alamiah, sehingga bisa terakumulasi di lingkungan dan mengancam kesehatan manusia. Walau e-waste hanya 2% dari seluruh sampah, dia menyumbangkan 70% dari sampah berbahaya karena buruknya pengelolaannya. Global E-waste Monitor 2024 melaporkan, peningkatan e-waste 5 kali lebih cepat dibandingkan peningkatan daur ulangnya yang tercatat.

Tingkat kerumitan teknis daur ulang yang tinggi butuh keahlian. Satu produk bisa terbuat dari lebih dari 1.000 jenis material. Dengan peralatan elektronik semakin kecil dan ringan, proses pemilahan makin sulit. Teknologi untuk ekstraksi berbagai jenis material berbeda-beda. Pekerja daur ulang berisiko terpapar zat-zat beracun secara menerus. Sekitar 20% sampai 30% dari e-waste adalah plastik yang umumnya mengandung aditif tahan api.

Daur ulang merupakan upaya untuk mengamankan ketersediaannya dalam rantai pasok global, terlebih material langka dan strategis yang sensitif terhadap pandemi dan ketegangan politik terkait sumber-sumbernya. Di negara-negara sedang berkembang pengelolaan sampah menjadi sumber penghasilan penting sektor informal, seperti pengumpul dan pendaur ulang sampah liar. Metode pengelolaan sampah primitif, seperti pembakaran di alam terbuka, dapat menimbulkan dioksin dan furan yang beracun.

Urgensi Penanganan E-Waste Manajemen e-waste jadi tantangan global. Ketertinggalan infrastruktur pengelolaan e-waste butuh percepatan. Model bisnis perusahaan diubah, dari sekadar memproduksi dan menjual barang menjadi menjual layanan atau fungsi produknya. Kemudian, mempromosikan perbaikan; pembaharuan dan daur ulang; membangun sistem rantai pasok sirkular; serta mendidik konsumen untuk terlibat upaya sirkularitas. Organisasi dan pemerintah di seluruh dunia perlu lebih cepat menerbitkan regulasi standardisasi produk, importasi barang-barang elektronik, pengelolaan e-waste yang aman dan menjamin pelaksanaannya.●(M Iqbal)

pasang iklan di sini
octa forex broker