Program Inkubator wirausaha yang digagas LPDB-KUMKM memberikan kemudahan bagi koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah mengakses pembiayaan dana bergulir. Program ini bakal terus ditumbuhkembangkan karena dinilai mampu mendukung kinerja penyaluran dana bergulir.
memberikan pinjaman pembiayaan yang 100 persen hanya untuk koperasi memang tidak mudah bagi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Kementerian Koperasi dan UKM. Dibilang tidak mudah karena tidak cukup banyak koperasi yang bisa memenuhi standar persyaratan pembiayaan yang ditetapkan LPDB-KUMKM. Padahal untuk program tahun 2022 ini, LPDB-KUMKM ditarget mampu menyalurkan pembiayaan dana bergulir sebesar Rp1,8 triliun.
Guna menjembatani kepentingan mendapatkan koperasi berkinerja baik tersebut, LPDB-KUMKM menggandeng sejumlah lembaga inkubator wirausaha, yang melakukan pembinaan, bimbingan dan pengembangan pasar bagi sejumlah koperasi agar layak mengakses dana bergulir. Salah satu kerja sama tersebut adalah dengan Siger Innovation Hub, sebuah lembaga inkubator di Provinsi Lampung yang melakukan inkubasi dan pendampingan kepada Koperasi Sarana Bangun Lampung (Sabalam). Masih di provinsi paling selatan di Sumatera itu, LPDB-KUMKM juga melakukan pendampingan dengan berkolaborasi bersama pemerintah daerah provinsi dan kabupaten yang membidangi sektor koperasi dan pertanian. Khusus, untuk Koperasi Sabalam, telah dikucurkan pinjaman dana bergulir dengan plafon sebesar Rp4,5 miliar, yang akan dialokasikan untuk penguatan modal kerja, termasuk budi daya tanaman porang yang saat ini menjadi salah satu komoditi ketahanan pangan nasional dan berorientasi ekspor.
Saat berbicang dengan media di kantor Siger Innovation Hub, Kamis (23/6/2022), Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengungkapkan rasa puasnya bekerjasama dengan lembaga inkubator, karena dapat melancarakan penyaluran dana bergulir tanpa perlu was-was. Program inkubasi, kata Supomo, memberikan kemudahan dalam hal akses pembiayaan dana bergulir. Selain itu, inkubasi juga mendukung kinerja penyaluran dana bergulir.
Sesuai arahan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, penyerapan dana bergulir bakal di arahkan pada pembiayaan koperasi sektor riil terutama bidang pangan. “Untuk koperasi sektor riil dengan bidang usaha berorientasi ekspor bakal kita prioritaskan, terutama sektor pangan, perikanan, peternakan, hingga perkebunan karena multiplier effect nya dirasakan masyarakat luas dan pastinya meningkatkan lapangan kerja,” tutur Supomo.
Mengapa menyasar koperasi sektor riil? Selain untuk mengangkat gengsi perkoperasian sebagai badan usaha yang layak diperhitungkan, hal ini, lanjut Supomo, dilakukan agar membantu pertumbuhan perekonomian nasional, mendorong program ketahanan pangan nasional, substitusi impor bahan pangan, dan pengendalian laju inflasi yang berdampak pada neraca perdagangan nasional hingga nilai tukar rupiah.
Seperti yang dilakukan Koperasi Sabalam adalah pengembangan bisnis komoditas porang yang saat ini memiliki nilai ekonomi tinggi, dan menjadi komoditas unggulan ekspor.
Melalui lembaga inkubator Siger Innovation Hub, Koperasi Sabalam akan dikembangkan untuk menjadi bagian dari rantai pasok atau (value chain) untuk wilayah Sumatera.
Dampak ekonomi seperti itu yang akan terus dihasilkan melalui guliran pembiayaan dari LPDB-KUMKM. Setidaknya, pungkas Supomo, dengan bisnis koperasi maju dan berkembang akan banyak pelaku UMKM terbantu akses permodalan dan menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan, dan pengentasan kemiskinan sesuai prinsip koperasi yakni gotong royong. (Irm)