JAKARTA—– Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memprediksikan jumlah penonton film Indonesia hingga akhir 2018 menembus menembus 50 juta penonton. Dengan demikian jumlah penonton bioskop di tanah air tersebut tumbuh 17% dibanding pada 2017 yang mencapai 42,7 juta penonton, serta 2016 mencapai 37, 2 juta penonton.
Pada 2018 ini film Indonesia sudah menguasai sekitar 40% film yang beredar di tanah air. Ini mengindikasikan bahwa film karya anak bangsa mampu bersaing dengan film-film produksi Hollywood. Hingga akhir tahun, sekitar 200 judul film akan tayang di layar-layar bioskop di tanah air, lebih banyak dari tahun sebelumnya sebanyak 119 judul.
Situs filmindonesia juga mendukung indikasi ini. Apabila pada 2017 ada 11 film Indonesia yang jumlah penontonnya di atas1 juta, maka pada 2018 sebanyak 13 film dari 15 film box office Indonesia penontonnya di atas 1 juta.
Bukan tidak mungkin 15 besar semua penontonnya di atas juta, mengingat dua film yang sedang masih tayang dan ramai jumlah penontonnya, Milly dan Mamet sudah mencapai 785 ribu penonton dan satu film lagi Silam, sudah menembus 610.308 penonton.
Sutradara Rizal Mantovani menyambut baik kenaikan secara tajam penonton film Indonesia. “Tentu ini angka yang menggembirakan untuk kita semua. Tapi tentunya bersama itu, kita tidak boleh berhenti untuk berusaha membuat yang terbaik untuk penonton kita,” ujar dia.
Walaupun puncak box office film Indonesia hampir dipastikan diduduki drama remaja romantis Dilan 1990 sebanyak 6.3 juta penonton, sukar terkejar flm lainnya, tetapi dominasi film horor tak terelakan.
Dari 15 film box office Indonesia, 8 di antaranya bergenre horor. Pada posisi kedua dan ketiga diduduki oleh Suzzana: Bernafas dalam Kubur sebanyak 3,3 juta penonton dan Danur 2: Maddah dengan 2,5 juta.
Menurut Rizal, film horror memang mampu mendatangkan penonton untuk datang ke bioskop. Film horor memiliki aspek ‘fantasi’ yang tidak hadir di genre lain. “Hadirnya ‘mahluk goib’ ibaratnya menjadi sosok ‘monster’ untuk masyarakat kita. Seru ditonton walaupun keberadaannya dipertanyakan,” ucap Rizal, seraya mengingat para sineas untuk tetap memperhatikan cerita dan skenario.
Rizal mengaku tidak bisa menebak apa yang terjadi pada 2019. Namun sekuel dari Dilan 1990, yaitu Dilan 1991 tempat akan mendapatkan hati masyarakat.
“Saya sendiri akan ada film drama Antologi Rasa yang diangkat dari buku Ita Natassa di bulan Febuari, dan Januari mulai shooting film Drama dengan sentuhan Olah Raga Sepakbola yang dimainkan oleh Ganindra Bimo dan Lukman Sardi,” ujar Rizal ketika dihubungi Peluang, Jumat (28/12/2018).
Sementara Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (Gapbsi) Djonny Sjafruddin mengatakan, tidak heran bahwa Dilam 1990 menduduki posisi pucak box office. Hal ini menurutnya pengulangan masa sebelumnya di mana kaum muda mendominasi penonton bioskop. “Kalau dulu pada 1970-an yang jadi idola Sophan Sophian dan Widyawati,” ujar dia kepada Peluang, beberapa waktu lalu.
Dia juga mengkritik kegagalan sineas yang mengangkat film genre sejarah perjuangan, lebih karena yang ditampilkan “Jagoannya” kalah. “Coba kalau ditampilkan seperti Rambo-nya film Hollywood,walaupun kenyataannya AS kalah oleh Vietnam, tetapi di film menang,” pungkas dia (Irvan Sjafari).