JAKARTA—Gagal dalam ajang pencarian bakat Indonesian Idol pada 2005 justru menjadi awal karir Aiu Ratna di blantika musik Indonesia. Perempuan kelahiran Magelang, 6 Maret 1985 menjadi bintang utama dalam film berlatar belakang musik berjudul Garasi (2006), yang sekaligus menjadi nama band yang digawanginya bersama Fedi Nuril dan Aries Budiman.
Sekitra 2009, kiprah Aiu di Garasi berakhir dan dia memutuskan untuk meniti karir musik di Jepang. Sekalipun tetap kukuh di genre rock, wawasan bermusik Aiu berkembang. “Awalnya penampilan aku di Jepang hanya ditonton dua orang, tetapi setelah berapa lama full,” kata dia kepada Peluang melalui WhatsApp, Selasa (23/6/20).]
Sekembali di tanah air Aiu sempat menjadi vokalis Grup Band Cokelat untuk proyek featuring dan kini membentuk duo bersama suaminya Joshapat Klemens. Pada 12 Juni lalu mereka sudah merilis sebuah single bertajuk Sounds of The Rain, yang bila didengarkan menguguh Aiu sebagai rocker. Berikut perbincangan Aiu Ratna.
Dari perjalanan bermusik selama belasanan tahun, perubahan-perubahan apa yang Aiu rasakan?
Perubahan yang aku alami dan rasakan selama belasan tahun bermusik di dua negara membuat aku menjadi lebih dewasa. Menambah pengalaman dalam bermusik dan bersosial. Ada persamaan tetapi lebih banyak perbedaannya. Karena memang budaya kita sudah berbeda. Mulai dari cara berpikir, cara merespek orang lain, sistem dalam bermusik dan sebagainya.
Apa yang mengesankan malang melintang di negeri orang?
Yang paling mengesankan adalah pengalaman aku sendiri dari pertama kali hanya ditonton 1 hingga 2 orang sampai akhirnya menjadi main actress/band di salah satu venue di Tokyo dan penontonnya penuh (full). Butuh beberapa tahun tapi hal itu sangat berkesan sekali buat aku. Dan juga tidak disangka aku sudah merilis 3 album dan beberapa kompilasi di Jepang. Proud of my self.
Mengapa Jepang? Apa yang menarik dari musik Jepang?
Karena memang dari kecil sudah suka banget sama budaya Jepang. Dari komik/manga, anime, soundtrack musik animasi Jepang,dan banyak lagi. Jadi memang sudah berkhayal untuk bisa bermusik dan tinggal di sana sejak SMP.
Go Internasional itu apa menurut Aiu Ratna? Bukankah kiprah Aiu sekarang boleh dibilang “go internasional”?
Setahu aku yang dibilang go internasional itu adalah artis dan musisi yang berkarier dan berkarya di luar negeri dan dikenal berbagai negara. Seperti Anggun C Sasmi misalnya. Sepertinya aku belum sampai di sana. Aku masih go Japan saja. Ha…ha…ha.
Sekarang zaman sudah semakin canggih, jadi kita bisa memperdengarkan musik kita ke penjuru dunia dari negeri sendiri. Tapi kalau ada opportunity lagi untuk berkarier di luar ya, why not?
Konsisten di genre rock, apa pandangan Aiu soal musik rock saat ini, di Indonesia dan dunia?
Ternyata musik rock masih banyak disukai. Walaupun sempat banyak orang terlena dengan boyband dan girlband juga musik-musik elektronik yang sempat merajalela. Tapi musik rock tetap ada di hati tiap orang untuk kembali bernostalgia dan untuk menumpahkan emosi.
Saat ini di Indonesia sendiri, sebelum adanya pandemi sudah banyak banget festival-festival musik yang menampilkan musik rock.
Saat ini kegiatan Aiu apa di bidang musik?
Mulai Akhir tahun kemarin aku jalan bareng dengan Cokelat Band, project featuring. Kita sudah jalan untuk beberapa panggungan sejak November 2019. Sayangnya belum berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan bersama, karena pada awal tahun terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap kehamilanku, juga terhalang karena adanya pandemi saat ini.
Lalu aku juga sedang berkarya di rumah saja bersama suami (Josaphat Klemens), membentuk duo bernama IUSA (@iusa.music). Dan baru 12 Juni 2020 kemarin IUSA merilis single pertama berjudul Sounds of the Rain .
Ke depannya?
Ke depannya untuk IUSA sendiri yang sekarang sudah dipikirkan adalah, aku akan mengeluarkan satu single tiap bulannya bersama IUSA dan disusul dengan EP, kemudian album. Semoga bisa menyemangati teman-teman pendengar musik Aiu dan menemani mereka tiap harinya. Dan semoga setiap projek yang saat ini berjalan bersama aku semuanya bisa berjalan dengan lancar (Irvan Sjafari).