MAU tak mau, suka tak suka, rakyat mewarisi sepuluh hal. Kitalah, bersama anak cucu, ahli waris yang sah itu.
Pertama, utang/ULN meroket. Soeharto bikin utang Rp0,47 triliun/hari, SBY Rp0,37 triliun/hari, rezim eksisting Rp1,7 trilun/hari. Ditambahkan dengan utang BUMN menjadi Rp3 triliun/hari. Sampai akhir periode, utang diperkirkan Rp16.000 triliun.
Selain ULN, ada utang BUMN—ini tak dicatat, lalu utang pemerintah ke BUMN, di samping kewajiban kewajiban pemerintah yang tidak dipenuhi. Kemenkeu hanya mengakui utang yang dicatat. Kasus BLBI kan gak ada di neraca pemerintah. Begitulah, uang tetap utang, dan harus dilunasi.
Utang negara umumnya jangka pendek, 5-6 tahun, dengan bunga besar: 6,2%. Bayar bunganya saja Rp450 triliun per tahun, ditambah cicilan pokok Rp500 triliun. Total Rp950 triliun, naik jadi Rp1.000 triliun pada 2024. Hampir separo pendapatan negara yang Rp2.200 triliun habis untuk bayar utang. Itu sebabnya tarif listrik naik, BBM naik, semua kebutuhan naik, rakyat tercekik, karena tidak ada lagi uang.
Kedua, rezim telah memindahkan kekuasaan dari rakyat kepada oligarki. Ini yang sangat serius. Rakyat tak lagi pemilik sejati kekuasaan. Subsidi mobil listrik contoh yang sangat kentara.
Ketiga, KKN berlangsung tak tanggung-tanggung. Sekelas Jenderal Besar Soeharto saja perlu 30 tahun untuk memunculkan putrinya.
Keempat, infrastruktur yang mangkrak dan tidak layak—bandara, jalan tol, pelabuhan, kereta cepat dan lain-lain. Fakta 34% jalan rusak butuh Rp500—800 triliun. Adapun jalan tol tinggal tunggu waktu, mau dijual pun nggak laku.
Kelima, hancurnya kohesivitas sosial, yang sasaran utamanya umat Islam.
Keenam, ketidakadilan yang dipertontonkan dengan kasat mata.
Ketujuh, kemiskinan melejit, padahal ULN terus naik. Logis jika dipersoalkan ke mana perginya itu uang? Orang kaya makin kaya. Orang miskin makin miskin, yang datanya tak bisa dibantah.
Kesembilan, penjualan sumber daya alam. “Saya kaget Deputi Gubernur BI bilang dia kaget bahwa ekspor naik tapi tak ada dolar (masuk). Saya paham dia tidak berani mengemukakan ke mana uang nikel, uang batu bara, uang CPO dan siapa di balik ekspor nikel, batubara dan CPO. Anehnya, ekspor nikel (yang diserahkan ke Cina) naik dari US$2 miliar menjadi US$20 miliar justru dibanggakan,” ujar Said Didu, ‘Manusia Merdeka’ yang 32 tahun berkiprah di pemerintahan.
Kesepuluh, hancurnya fungsi lembaga-lembaga negara. Ambil contoh terpilihnya (kembali) Ketua MK, sang adik ipar, semua orang tahu apa yang terjadi.
Segelap itukah masa depan kita? Bisa tidak juga, jika YMK berkehendak RI-1 2024 adalah figur bernyali dan amanah. Tapi jika dimenangi status quo, hari esok negeri ini potensial jadi lebih gulita.●
Salam,
Irsyad Muchtar