octa vaganza

Agar Kedelai lokal Punya Daya Saing, Perlu Aturan HPP

JAKARTA—-Kedelai lokal saat ini sulit bersaing dengan kedelai impor dari Brazil, Kanada dan Amerika Serikat karena harganya lebih murah.  Jika harga kedelai impor rata-rata sebesar Rp5.000 per kilogram, maka kedelai lokal Rp6.500 per kilogram.

Untuk itu kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo agar kedelai lokal bisa bersaing perlu aturan harga acuan atau Harga Pokok Penjualan (HPP)  menilai ketentuan harga acuan atau Harga Pokok Penjualan (HPP).  Dengan demikian petani menmperoleh kepastian harga dan keuntungan.

Hal ini diungkapkan Menteri dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR, Senin (25/1/21). Saat ini pihaknya berupaya agar kedelai dapat masuk ke dalam 12 komoditas strategis pangan yang diprioritaskan Kementerian Pertanian (Kementan).

“Kedelai pernah menjadi swasembada di Indonesia masa pemerintahan Suharto. HPP-nya hadir dengan enam kali dari harga beras. Saya yakin kedelai bisa, sepanjang harganya mampu kita buatkan HPP,” tutur Syharul.

Saat ini  petani kedelai hanya mendapatkan untung sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta per hektare. Keuntungan yang didapat petani kedelai sangat jauh di bawah petani jagung yang bisa mendapatkan untung Rp4 juta sampai Rp5 juta per hektare dan petani beras yang bisa mencapai Rp6 juta per hektare.

Mentan Syahrul  mengatakan usulan HPP kedelai ini telah dibicarakan kepada Presiden Joko Widodo. Selain itu Kementan juga akan memasukkan kedelai dalam komoditas pangan yang impornya dilarang dan dibatasi (lartas). Selama ini kedelai termasuk dalam komoditas nonlartas, sehingga jumlah impornya tidak diatur dan tidak melalui rekomendasi Kementan.

“Kita butuh HPP, kita butuh agar kedelai di-lartas-kan. Kalau tidak akan sulit head to head dengan keadaan yang ada,” pungkas dia.

Exit mobile version