hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Aeromodelling, Kepiawaian Remote Control Orang Dewasa

Di seputaran Jakarta ada tiga komunitas aeromodelling. Kegiatan kedirgantaraan ini kian marak dengan hadirnya paramesin dan drone. Hobi mahalkah? Klo beli pesawat jadi, ya. Jika dirakit sendiri, anda bisa ‘jadi pilot’ dengan modal di bawah Rp10 juta.

SEMUA aeromodeller saat itu tidak berkedip memandang landasan pacu. Berdebar menanti sebuah pesawat model mengudara. Buat komunitas ini, penerbangan pertama adalah peristiwa besar dan penting. Sebab, seorang aeromodeller sama sekali belum tahu karakter terbang pesawat mainannya, yang harganya bisa Rp100 jutaan.

Mengendalikan terbang pesawat aeromodelling via remote control punya keasyikan tersendiri. Sensasinya layaknya pilot pesawat sungguhan yang sedang mengudara. Perlu kemahiran, keberanian, dan konsentrasi tinggi ketika pesawat take off, bermanuver, hingga landing. Sebagai game, aeromodelling idealnya dimainkan anak-anak. Nyatanya, yang asyik ngucek remote control  justru kalangan dewasa.

Mereka bilang, rasanya seakan menerbangkan pesawat beneran. Perbedaan hanya pada posisi pilot. Kalau pilot pesawat sungguhan ada di dalam kokpit, pilot pesawat aeromodelling ada di darat, tak ikut terbang bersama pesawatnya. Pasalnya, aeromodelling merupakan kegiatan menerbangkan miniatur pesawat terbang yang dikendalikan melalui remote control. Hobi ini bertujuan rekreasi, edukasi, dan olah raga. Masyarakat mulai menyebutnya olahraga kedirgantaraan.

Memang, jenis pesawat aeromodelling dengan tingkat kesulitan tertinggi adalah helikopter. Butuh penguasaan teknik dan refleks yang cepat. “Untuk menaikkan kopter setinggi 1 meter dalam kondisi stabil saja sangat sulit, apalagi bermanuver. Jika tak cekatan, pesawat bisa jatuh. Jatuh pasti rusak, dan biaya perbaikannya sangat mahal,” ujar Pius Gracio Anton, Ketua Harapan Indah Aeromodelling Club (HIAC).

Tantangan menerbangkan pesawat Aeromodelling adalah menentukan arah angin. Mengasyikkan bagaimana bisa menerbangkannya, tapi juga bagaimana bisa membuat sebuah pesawat hingga bisa menerbangkannya. “Kita harus tahu karakter pesawat yang berbeda-beda. Terlalu menukik pesawat bias patah,” tutur Glenn.

Hakikatnya, aeromodelling ‘hanya’ hobi, tetapi tidak sesederhana itu—walaupun tidak pula terlalu rumit. Di sini dikenal level-level: beginner, intermediate, dan advance. Proses latihannya sama persis seperti proses latihan pesawat asli. Pertama, aeromodeller harus menggunakan pesawat latih terlebih dulu. “Tapi nggak njelimet seperti di sekolah, yang harus belajar aerodinamika,” kata Ferri, penggiat Komunitas Jakarta Raya Aeromodelling Club (JAC).

Anggota berbagai komunitas aeromodelling itu datang dari berbagai latar belakang pendidikan, status sosial, dan profesi. Ada akademisi, pelajar, mahasiswa, dosen, dan ada pula yang sudah menjadi profesor. Sedangkan dari dari kalangan umum, ada karyawan swasta, PNS, BUMN hingga pimpinan atau direktur perusahaan. “Dari kalangan militer, mulai dari prajurit, perwira, hingga jenderal di beberapa angkatan serta kepolisian juga ikut bergabung.

“Di HIAC, kalangan profesional ada beberapa lawyer, konsultan, dokter, enginer, bahkan pilot olah raga paramator,” ujar Pius. HIAC juga memberi masukan kepada anggota pemula dalam hal pembelian pesawat. Anggota pemula disarankan membeli jenis pesawat elektronik yang menggunakan tenaga baterai, sehingga pesawat dapat langsung diterbangkan. Proses dari tingkat pemula hingga mahir menguasai pengendalian pesawat umumnya perlu satu tahun berlatih.

Komunitas JAC lahir 8 Juni 1980. Berawal dengan 30-an orang, kini jadi 250 anggota. JAC pernah punya anggota termuda (5 tahun) dan tertua (usia 70-an). Di kawasan Halim Perdanakusuma, di landasan pacu 200 x 10 meter, tampak dua pesawat warna putih variasi magenta menunggu giliran. Di lahan 5 hektare itu berdiri shelter  50 meter. Ada tempat duduk dan kursi kayu panjang. Di situlah home base JAC.

Aeromodelling terdiri dari jenis pesawat latih dan tanding. Secara kategori, dikenal jenis pesawat scale atau pesawat model yang meniru bentuk pesawat asli, selain pesawat hasil modifikasi. Khusus untuk aeromodelling pesawat, terdapat pesawat elektronik bertenaga baterai, di samping pesawat yang menggunakan bahan bakar dengan berbagai ukuran kubikasi mesin, 20-120 cc, dengan jenis mesin 2 tak.

Isu safety dan regulasi diterapkan dengan sangat ketat. Pihak FAA (Federal Aviation Administration) mengeluarkan regulasi khusus. Antara lain, penerbangan hanya untuk hobi/rekreasi, terbang di bawah ketinggian 400 kaki (122 meter); pastikan pesawat terpantau pandangan setiap saat; tidak mengganggu operasi pesawat berpenumpang, jauh dari orang atau kerumunan, maksimal bobot pesawat 25kg; menerbangkan pesawat sesuai aturan.

Komunitas-komunitas aeromodelling berada di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Di Indonesia ada organisasi FASI (Federasi Aero Sport Indonesia) juga membuat regulasi-regulasi terkait penggunaan pesawat aeromodelling ataupun mengadakan event perlombaan dan sebagainya. Regulasi yang dikeluarkan FASI menambahkan beberapa poin klausul FAA.

Termasuk hobi berbiaya mahalkah aeromodelling? Sebenarnya, tidak juga. “Agar tidak mahal, ada triknya,” tutur Ferri. Yakni membuat sendiri pesawat aeromodelling dengan bahan-bahan sederhana. Sebutlah foam. Atau, tricky ketika memilih kategori aeromodelling. Terbang bebas yang paling sederhana hanya menghabiskan Rp50-100.000 untuk pesawat. Itu sudah pesawat kelas internasional dan bisa ikut pertandingan internasional, semisal kejurnas yang rutin digelar JAC, PON, ASEAN, sampai F3C World Championship.

Pernyataan senada dikemukakan pihak Cibubur Aeromodelling Club (CAC). Klub yang berdiri pada 2004 itu beranggotakan 80 orang. Rata-rata anggota CAC memiliki pesawat sendiri. Program mereka, antara lain, mengenalkan kepada masyarakat bahwa olahraga aeromodelling bukan olahraga mahal, jika dilakukan dengan cara yang benar. Maksudnya, members perlu kembangkan kreativitas dengan tidak tergantung sepenuhnya pada produk jadi yang tinggal dibayar.

Komunitas Harapan Indah Aeromodelling Club (HIAC) dibentuk 14 Mei 2005. Dari 2-3 orang berkembang menjadi puluhan bahkan ratusan orang. Jumlah anggota komunitas ini bertambah melalui olahraga dirgantara lainnya, yaitu paramesin dan drone. “Kami juga membangun fasilitas pelengkap, seperti shelter dan safety area di sekitar flying field agar bisa menerbangkan pesawat berbagai jenis dan ukuran dengan aman,” ujar Pius Gracio Anton, Ketua HIAC.

Dengan makin banyak drone di pasaran, banyak orang yang semula tidak tahu soal dunia aeromodelling kini menjadi tahu. Meski begitu, hanya beberapa wilayah yang tergolong aktif menunjukkan geliat aksinya. Yakni Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang. Untuk wilayah di luar Pulau Jawa, perkembangan aeromodelling masih belum merata,” tutur Pius.●(dd)

pasang iklan di sini