Peluangnews, Jakarta – Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menyampaikan, bahwa Pemilu di tahun 2024 akan sedikit berbeda dengan pemilu sebelumnya, selain akan berlangsung sangat berat karena serentak dan uangnya juga harus serentak, juga yang sangat menonjol adalah untuk pertama kali terjadi pertarungan tiga generasi.
Baca juga : https://menkominfo-ajak-masyarakat-pilih-dengan-bijak-di-pemilu-2024/
“Ini seru karena akan menjelaskan siapa perusak konstitusi dasar Indonesia, siapa pengkhianat bangsa sesungguhnya,” ujar Salamuddin Daeng di Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Menurut dia, generasi satu adalah generasi sisa sisa orde baru, mereka ikut menikmati orde baru, namun setelah reformasi melipir meninggalkan orde baru, ada yang melipir kosong ada yang membawa kabur uang BLBI.
“Uang itu dibagi bagi diantara mereka dan masih beredar sampai sekarang. Generasi ini sukses menyimpangkan pancasila dan UUD 1945 untuk memperkaya diri dan menimbukkan prasangka yang luas atas dasar negara Republik Indonesia,” ungkap Daeng sapaan akrabnya.
Generasi kedua lanjut dia, adalah generasi yang berteriak agar Suharto mundur, lalu sukes menjatuhkan orde baru dengan dukungan dana BLBI dan internasolional. Celakanya generasi ini telah diperalat untuk mengubah UUD 1945 oleh suatu kepentingan yang sangat besar, sehingga UUD negara Indonesia tidak lagi sejalan dengan amanah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan tidak lagi sejalan dengan Pancasila.
“Generasi ini sampai sekarang masih aktif berjuang untuk melanjutkan liberalisasi ekonomi dan liberalisasi politik Indonesia,” ucap Daeng.
Generasi ketiga adalah kaum milenial. Menurut dia, mereka berumur 40 tahun ke bawah. Meski mereka ikut pemilu liberal sekarang tapi diantara mereka ada yang belum lahir waktu reformasi 1998, ada yang masih bayi, dan ada yang masih sekolah dasar.
“Generasi ini tidak ikut membuat kekacauan konstitusi seperti sekarang dan ada yang belum tahu mengapa negara ini keadaan politiknya makin kacau dan ekonominya menuju bangkrut,” tutur Daeng.
Bagusnya generasi milenial ini kata dia, adalah generasi yang berpandangan positif melihat masa depan. Mereka dilengkapi alat baru namanya digitalisasi, suatu sumber daya yang menempel di tangan mereka untuk melakukan produksi dan produktifitas. Mereka punya cara bertahan hidup, mencipta pekerjaan dan lain sebagainya, yang tidak dimengerti penuh oleh generasi sebelumnya.
Baca juga : https://kpu-desain-surat-suara-pemilu-2024-tetap-sistem-proporsional-terbuka/
Generasi milenial ini untuk pertama kalinya terwakilkan dalam pilpres (Pemilihan Presiden), karena ada salah satu calon wakil presiden yang merupakan bagian dari mereka. Tetapi kehadiran perwakilan milenial ini diobok-obok atau dipersoalkan karena dianggap masih unyu-unyu oleh generasi satu dan generasi dua.
“Barangkalinya maunya yang tua-tua adalah milenial yang jumlahnya separuh dari peserta pemilu ini cukup digiring ke TPS seperti bebek, untuk memilih, tapi tak perlu berhak dipilih karena masih piyik. Barangkali begitu maunya,” tandasnya. (alb)