Bisnis nyigar yang sebatangnya bisa Rp450.000 belakangan membidik pasar bawah. Sudah tersedia yang relatif murmer: Rp22.500 per batang. Kalaupun tak menikmati, yang penting gaya. Diri serasa berkelas, begitulah.
CERUTU biasanya dinikmati dalam atmosfer yang serba berkelas. Ia diidentikkan dengan kemapanan, yang lazimnya dicapai dalam proses yang tak sekejap. Maklum, sebatang cerutu ratusan juta rupiah. Alhasil, penikmat cerutu didominasi oleh kalangan berumur yang berkelebihan materi.
Satu dasawarsa lalu, kelas menengah Indonesia makin menggemari cerutu. Di samping bagi pengguna langsung, cerutu juga dipilih sebagai gift. Pada hari-hari tertentu, seperti hari ulang tahun, hari Valentine, bahkan hari Natal, cerutu bisa pula menjadi hadiah untuk orang yang dicintai.
Dulu, cigar lounge atau bilik untuk membeli dan menikmati cerutu hanya ada di hotel-hotel berbintang lima. Kalangan yang sangat terbatas saja yang cukup pede untuk mendekati dan masuk ke sana. Beberapa tahun belakangan, jarak sosial itu mulai tergerus.Seiring ambisi pelaku bisnis gaya hidup merengkuh pasar yang lebih luas. Di Jakarta, misalnya, ada beberapa tempat untuk nyigar (mengisap cigar).
Salah satunya, Town Square alias Citos, Jakarta Selatan. Anak muda suka nongkrong di Connoisseur Wine and Cigar Lounge untuk nyigar. Citos merupakan tempat yang pas bagi orang-orang untuk melihat-lihat dan dilihat. “Mengisap cerutu itu kelihatan lebih berkelas,” ujar Hendra, mahasiswa Binus. Irfan (24), seorang disc jockey alias DJ, juga berpendapat serupa.
Cigar lounge lainnya ada di Plaza Senayan, yaitu Mojito Cocktails, Wine, and Cigar Lounge. Lokasinya bersebelahan persis dengan arena bermain boling. Baik Connoisseur maupun Mojito menyediakan cerutu asal Kuba.Harganya? Rp200.000 sampai Rp300.000 per batang. Selain dari Kuba, ersedia pula cerutu dari Belanda, Dominika, Swiss. Ciri khas lain penikmat cerutu yang ngepop adalah menggemari cerutu yang beraneka rasa. Mulai dari stroberi, peach, vanila, cokelat, sampai kopi.
Di Mojito bahkan tersedia cerutu berukuran langsing untuk pasar perempuan. Merek Tatiana, misalnya, ukurannya hanya sedikit lebih gemuk dan lebih panjang dari rokok biasa. Harganya cuma Rp 22.500 per batang. Untuk pangsa konsumen sejenis, di Connoisseur tersedia cerutu langsing bermerek Tycoon. Bahkan, cerutu ini juga berfilter. Yang ini khususuntuk perempuan yang baru mulai nyigar.
Tempat lain untuk nyigar adalah Havana’ Gallery. Lydia Tamboto, pemiliknya,membuka rumah cerutu Havanaini di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, sejak 1997.Berbagai merek tersedia. Langganannya para selebriti, baik politisi Senayan, usahawan, maupun artis sinetron. Sebut Anindya Bakrie, artis Addie MS, pelatih sepak bola Anjas Asmara. Harganya pun bervariasi. ”Cohiba paling favorit, Rp150.000-Rp450.000 per batang. Ada juga Montercristo serial 1 sampai 5,harganya Rp100.000-Rp 300.000 per batang.
Lydia Tamboto bercerutu sehari maksimum dua batang. ”Kalau sedang menemani customer, bisa nambah,” katanya. Biasanya dia bercerutu seusai makan siang dan harus ditemani kopi. KesukaannyaSanta Damiana Belicoso dari Dominika, atau Cohiba Pyramid, atau Montecristo Edmundo.”Saya tidak bisa cerutu yang berat seperti Cohiba Robusto. Nyigar itu harus enjoy. Karena itu, yang medium pas untuk saya. Kalau terlalu ringan, seperti menyedot angin,” ujarnya.
Mengisap cerutu berbeda dari mengisap rokok biasa. Menurut Lydia, ”Bercerutu sebaiknya tidak dalam keadaan terburu-buru, agar bisa dinikmati”. Dia bercerutu ditemani kopi pada siang hari dan wine pada malam hari. Bisa satu jam sampai dua jam”.Namun, jika memang terpaksa harus mengikuti acara lain, tersedia pula pilihan cerutu yang habisnya dalam 15 menit.Misalnya, merek Santa Damiana short.
Bercerutu sangat mengandalkan indera perasa di mulut dan langit-langit mulut.Berbeda daripraktik merokok biasa, bercerutu tak bisa dilakukan di sebarang tempat. Dengan harganya yang selangit, nyigar memang perlu tempat yang agak segmented.Khususnya untuk mendapatkan suasana enjoy, nyaman dan tanpa terburu-buru. Biasanya, akan makin nikmat jika nyigar bareng. Sebab, beramai-ramai itu atmosfernya. Ibarat nonton di bioskop era jadul.
Satu hal yang menarik, Indonesia juga menghasilkan cerutu. Mereknya Dos Hermanos, produksi Djarum.Harganya pun ekonomis. Sayangnya, kurang diminati cerutu domestik.Peminatnya justru kalangan ekspatriat.Selain untuk dikonsumsi sendiri, tak jarang dimanfaatkan sebagai cenderamata khas Indonesia ketika mereka balik ke negerinya.●(dd)