AKHIR Maret, Singapore Airlines Ltd mengaku sudah mendapatkan dana talangan S$19 miliar/Rp182 triliun (kurs Rp14.000/US$) untuk membantu maskapai ini keluar dari dampak pandemi Covid-19. Dana talangan ini adalah satu-satunya paket pembiayaan terbesar yang diumumkan oleh sebuah maskapai penerbangan karena terdampak permintaan yang ambles akibat pandemi.
Sebagai pemegang saham mayoritas Singapore Airlines, Temasek Holdings akan menyerap penjualan saham perusahaan dan obligasi konversi yang diterbitkan maskapai tersebut hingga S$15 miliar. Bank terbesar di Singapura, DBS Group Holdings Ltd, juga kucurkan pinjaman S$4 miliar. “Transaksi ini memungkinkan SIA menghadapi kendala likuiditas keuangan jangka pendek, dan menunjang pertumbuhan bisnis setelah pandemi,” kata Kepala Eksekutif Internasional Temasek, Dilhan Pillay Sandrasegara.
“Pengiriman pesawat generasi baru dalam beberapa tahun ke depan akan memberikan efisiensi bahan bakar yang lebih baik serta memenuhi strategi ekspansi perusahaan,” ujarnya. Sebelumnya, SIA Group sudah memangkas 96% kapasitas penerbangannya hingga akhir April, mengikuti langkah yang dilakukan sejumlah maskapai penerbangan global lantaran anjloknya permintaan perjalanan.
Dalam pernyataan resmi, dikutip Bloomberg, perusahaan akan mengkandangkan (grounded) 138 dari 147 unit pesawat Singapore Airlines dan unit bisnisnya yang lain yakni SilkAir. Adapun divisi penerbangan berbiaya murah atau LCC (low cost carrier) yakni Scoot juga mendaratkan 47 dari 49 pesawatnya “Tidak jelas kapan SIA Group dapat mulai melanjutkan layanan penerbangan secara normal, mengingat ketidakpastian kapan kontrol terhadap perbatasan yang ketat akan dicabut,” tulis pernyataan tersebut. Singapore Airlines akan menunda pengiriman pesawat dan mengurangi gaji dalam upaya mengurangi biaya.●