RATA-RATA startup yang bangkrut dalah startup lokal, yang dibuat di Indonesia dan didirikan oleh orang Indonesia. Presentase kegagalan mereka ternyata 90%.
KIRIM. Sekitar 5-6 tahunan lalu, ada startup yang menyediakan jasa layanan antar barang bernama Kirim. Lumayan terkenal. Pas 2015, Kirim resmi berhenti beroperasi dan menutup seluruh layanannya karena kalah bersaing dengan Gojek dan Grab.
QLAPA. Mengumumkan untuk ‘pamit’ dan berhenti beroperasi untuk selamanya. Qlapa diduga tak kuat kalah bersaing dengan serbuan e-commerce lain. Padahal, Qlapa salah satu e-commerce yang unik karena menjual berbagai kerajinan tangan para perajin dari seluruh Indonesia dan kebanyakan handmade.
UBER. Hengkangnya Uber di Indonesia dan negara Asia lainnya awal 2018 membuat banyak orang terkejut. Uber sendiri adalah startup terbesar kedua di dunia setelah ByteDance. Untuk kasus Indonesia, Uber keok dari Gojek dan Grab yang lebih awal mendominasi.
PARAPLOU. Sebelum ditutup pada 2015, Paraplou adalah salah satu situs jual-beli e-commerce perintis. Sempat mengucapkan salam perpisahan, alasan resmi Paraplou hengkang: pasar belum terbentuk, kondisi keuangan tak menentu, dan sulit mendapatkan pendanaan.
VALADOO. satu pemain awaldi dalam hal dunia travel ini berdiri akhir 2010, Valadoo dan sempat menarik perhatian. Tapi usianya tak sampai 5 tahun. Sempat merger dengan Wago, tapi langkah mereka tak mulus. Kini, Jaka Wiradisuria salah satu Co-Founder Valadoo bekerja untuk Gojek. Ketika Startup dirasa sudah diujung tanduk dan tidak mampu lagi bertahan, pilihan yang tersedia ada dua yaitu Exit atau Pivot.Exit adalah keluar dari pasar atau merger. Pivot berarti mengubah arah haluan bisnis.