octa vaganza

4 Bank BUMN Setor Dividen Ke Negara Sebesar Rp24,56 Triliun di 2021

Kinerja kinclong bank BUMN berdampak pada terdongkraknya pembagian dividen kepada pemerintah.  Akankah pertumbuhan ini terus berlanjut paska restrukturisasi kredit berakhir pada Maret 2023?

Sejalan dengan ekonomi yang mulai pulih pada 2021 lalu, perbankan mulai unjuk gigi dengan menyetorkan dividen yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya kepada pemegang saham. Khusus untuk bank BUMN, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali menikmati porsi pembagian dividen terbesar.

Total setoran dividen dari empat bank BUMN yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BTN ke kas negara pada 2021 sebesar Rp24,56 triliun, meningkat sebesar 81,92% dari 2020 senilai Rp13,50 triliun. 

Bank BRI tercatat menjadi penyumbang dividen terbesar kepada pemerintah dengan menggelontorkan dana sebesar Rp14,04 triliun. Hal ini tidak lepas dari perolehan laba konsolidasi BRI  yang mencapai Rp31,07 triliun pada 2021, melonjak 67% dibanding tahun sebelumnya senilai Rp18,65 triliun. Pencapaian laba BRI pada 2021 hampir menyamai laba sebelum masa pandemi pada 2019 sebesar 34,37 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan  penopang pertumbuhan laba BRI adalah kenaikan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) disertai pertumbuhan biaya bunga yang signifikan.

“Pada saat bersamaan, BRI mampu mengelola portofolio mix dan kualitas aset sehingga dapat meningkatkan yield  aset itu sendiri,” kata Sunarso, dalam paparan kinerja 2021, beberapa waktu lalu.

BRI menyalurkan kredit secara individu senilai Rp943,7 triliun pada 2021, tumbuh sebesar 7,16% secara tahunan  dibanding 2020  yakni senilai Rp880,68 triliun. Pertumbuhan kredit BRI pada tahun lalu melampaui pertumbuhan kredit industri yang hanya sebesar 5,24%.

Dari sisi sgmentasi, kredit mikro masih menjadi andalan dengan tumbuh sebesar 12,98%. Sementara segmen konsumer tumbuh 3,97%, segmen kecil dan menengah tumbuh 3,55%, dan segmen korporasi tumbuh 2,37%. 

Pertumbuhan kredit BRI diikuti dengan pengelolaan kredit bermasalah yang baik dengan non performing loan (NPL) sebesar 3,08%, atau masih di bawah ketentuan maksimal dari regulator sebesar 5%. Sementara NPL coverage  cukup memadai di level 278,14%.

Selain itu, kualitas kredit yang tetap terjaga diiringi dengan restrukturisasi kredit yang melandai.  Hingga akhir Desember 2021, restrukturisasi kredit BRI mencapai Rp156,93 triliun, atau lebih rendah dibandingkan dengan total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp245,22 triliun. 

Dari sisi pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) Bank BRI mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,14% dengan dana murah (Current Acoount Saving Account atau CASA) meningkat sebesar 11,18% secara tahunan.

Tidak mau kalah dengan Bank BRI, Bank Mandiri  menetapkan sebesar 60% dari laba bersih konsolidasi 2021 atau sekitar Rp16,82 triliun sebagai dividen. Dengan kepemilikan saham sebesar 52% di Bank Mandiri pemerintah menerima dividen senilai Rp8,75 triliun. 

Selama 2021, Bank Mandiri mencetak pertumbuhan kinerja positif di tengah pandemi yang belum usai. Pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 17% menjadi Rp73,06 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp65,52 triliun. Pertumbuhan laba bersih konsolidasi sebesar 67% menjadi Rp28,03 triliun pada 2021 dari tahun sebelumnya senilai Rp16,80 triliun.

“Bank Mandiri telah secara aktif mengimplementasikan transformasi digital untuk mencapai strategi jangka panjang dan menghasilkan pertumbuhan bisnis berkelanjutan selama 2021,” ujar Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Bank Mandiri secara konsolidasi mampu mencatatkan kredit senilai Rp1.050,16 triliun pada 2021, atau tumbuh 8,86% secara tahunan dibandingkan 2020 sebesar Rp964,72 triliun. Peningkatan kredit diimbangi dengan pengelolaan risiko kredit yang semakin baik. Pada 2021, NPL Bank Mandiri tercatat sebesar 2,72%, turun dari tahun sebelumnya di level 3,10%. NPL Coverage sebesar 243%, meningkat dibandingkan 2020 di level 221%.

Bank Mandiri juga berhasil menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), yakni sebesar 12,8% secara tahunan menjadi Rp1.291,18 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK Industri sebesar 12,2%.

Peningkatan DPK diikuti dengan pertumbuhan CASA sebesar 19,79% menjadi Rp899,93 triliun dari 2020 senilai Rp751,25 triliun. Naiknya komposisi CASA daalam struktur DPK menurunkan biaya dana (cost of fund) Bank Mandiri.

Laba Bersih Konsolidasi Bank BUMN 2019-2021

Sementara Direktur Utama Bank BNI Royke Tumilaar  mengatakan, Bank BNI membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar 25% dari laba bersih tahun buku 2021, atau setara Rp2,72 triliun.  “Dengan memperhitungkan komposisi saham milik pemerintah yang sebesar 60%, maka BNI akan menyetorkan dividen senilai Rp1,63 triliun ke rekening Kas Umum Negara,” ujar  Royke.

Dari sisi kinerja Bank BNI selama 2021, tercatat laba bersih sebesar Rp10,89 triliun, tumbuh 232,2% secara tahunan atau tiga kali lipat dari laba bersih 2020 yang senilai Rp3,28 triliun. 

Pertumbuhan laba bersih tersebut dihasilkan dari Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan (PPOP) yang tumbuh sebesar 14,8% menjadi Rp31,06 triliun. Selain itu, upaya perbaikan kualitas kredit melalui monitoring, penanganan dan kebijakan yang efektif membuat cost of credit membaik menjadi 3,3%. 

Peningkatan pendapatan operasional bank dihasilkan dari pertumbuhan kredit yang sehat sebesar 5,3% menjadi Rp582,44 triliun; Net Interest Margin (NIM) sebesar 4,7%; serta pendapatan berbasis komisi (FBI) yangtumbuh sebesar 12,8% secara tahunan.

Pendorong utama kredit BNI selama 2021 adalah penyaluran di sektor Business Banking terutama pembiayaan ke segmen Korporasi Swasta yang tumbuh 7,6% menjadi Rp180,4 triliun; segmen Large Commercial tumbuh 10,4% menjadi Rp40,9 triliun; segmen kecil juga tumbuh 12,9% menjadi senilai Rp95,8 triliun. Secara keseluruhan kredit di sektor Business Banking ini tumbuh 4,5% menjadi Rp482,4 triliun. 

Sementara di sektor Consumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3% menjadi Rp35,8 triliun; kemudian kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7% menjadi Rp49,6 triliun. Secara keseluruhan kredit consumer tumbuh 10,1% menjadi Rp 99 triliun. 

Pertumbuhan kredit ditopang oleh DPK yang mencapai Rp729,17 triliun atau tumbuh 15,5%. CASA BNI juga masih mendominasi DPK, yaitu pada level 69,4% dari seluruh DPK. CASA terdongkrak hingga 17,1% menjadi Rp 506,06 triliun.

Bank BTN membagikan dividen tunai sebesar Rp237,62 miliar atau 10% dari laba bersih BTN tahun buku 2021 yang mencapai Rp2,37 triliun. Pemerintah yang memegang 60% saham Bank BTN mendapat jatah sebesar Rp142,57 miliar. 

Meski pencapaian kinerja bank BUMN belum setinggi sebelum pandemi, namun patut diapresiasi mengingat masih terbatasnya sisi permintaan kredit. Ujian selanjutnya adalah mampukah bank BUMN melanjutkan pertumbuhan kinerjanya saat kebijakan restrukturisasi kredit berakhir? (Kur).

Exit mobile version