Meski mayoritas analis memprediksi bullish harga emas akan berlanjut pada tahun depan, namun ada faktor risiko yang mengintai. Masuknya investasi ke pasar saham dan risiko ketidakpastian makroekonomi serta dinamika geopolitik perlu diwaspadai.
Harga emas terus meroket pada tahun ini, mencapai level tertinggi sepanjang masa di sekitar $3.896 hingga mendekati $3.900 per ons pada kuartal ketiga. Kenaikan ini didorong oleh faktor seperti inflasi yang masih tinggi, ketegangan geopolitik global, dan ekspektasi pelonggaran suku bunga oleh The Fed.
Emas semakin diminati sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan keuangan dunia. Prediksi pasar untuk tahun 2025 hingga 2026 tetap bullish, dengan banyak analis dan institusi keuangan memperkirakan harga emas berpotensi menembus angka $4.000 pada tahun 2026.
Faktor pendukung kenaikan harga emas mencakup terus melemahnya dolar AS karena prospek pemangkasan suku bunga, faktor geopolitik, serta permintaan yang kuat dari investor institusional dan bank sentral.
Namun, sejumlah risiko juga perlu diperhatikan, termasuk kebijakan suku bunga The Fed yang dapat berubah tajam jika inflasi bergeser, serta perkembangan geopolitik yang dapat memunculkan volatilitas harga. Para trader dan investor disarankan untuk memantau data ekonomi dan kebijakan bank sentral secara aktif agar dapat menyesuaikan strategi trading dan investasi mereka.
Proyeksi Harga Emas 2025
Menurut para analis, harga emas berpotensi melonjak pada akhir 2025 di tengah ekonomi global yang bergejolak, tingkat inflasi yang tinggi, dan melemahnya dolar AS karena rencana pemangkasan suku bunga yang akan dilakukan dua kali lagi pada Oktober dan Desember. Rencananya suku bunga kembali akan diturunkan dengan masing-masing 25 basis point, hingga akhir tahun.
Emas berpotensi kembali menjadi aset yang aman bagi investor dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa. Namun, penting untuk bersiap menghadapi fluktuasi yang terutama disebabkan oleh keputusan kebijakan moneter bank sentral.
JP Morgan meyakini harga emas akan mencapai rata- rata $3.800 per ons pada kuartal keempat 2025 dan akan melampaui $4.000 per ons pada kuartal kedua 2026. Bank tersebut juga memperkirakan bahwa perak juga akan mengalami kenaikan nilai, dengan memperkirakan bahwa harga akan mencapai $3900/ons pada akhir tahun 2025.
Di sisi lain, Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas akhir 2025 menjadi $3.700 per ons dari $3.300, dengan kisaran proyeksi $3.650-$3.950. Salah satu alasannya yakni karena permintaan yang lebih kuat dari yang diharapkan bank sentral dan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa yang lebih tinggi karena risiko resesi.
“Jika resesi terjadi, arus masuk ETF dapat meningkat lebih jauh dan mengangkat harga emas menjadi $3.880 per troy ounce (toz) pada akhir tahun.” Dengan demikian, jika pertumbuhan mengejutkan dengan kenaikan karena berkurangnya ketidakpastian kebijakan, aliran ETF kemungkinan akan kembali ke prediksi berbasis suku bunga kami, dengan harga akhir tahun mendekati $3.550/toz,” lanjut mereka.
Proyeksi Harga Emas 2026
Para analis memprediksi harga emas akan naik pada tahun 2026, didukung oleh ketidakstabilan ekonomi global dan pemotongan suku bunga yang masih berlanjut sebagai salah satu pendorong utamanya. Selain itu, ketidakpastina geopolitik antara Rusia – Ukraina turut memberi peran terhadap naiknya harga emas. Permintaan emas kemungkinan akan meningkat, mendorong harganya ke rekor tertinggi baru dan menarik investor.
JPMorgan, seperti dikutip dari Reuters, telah memperkirakan harga emas akan naik di atas $4.000 per ons pada tahun 2026. JPMorgan meyakini harga emas akan mencapai rata-rata $3.675 per ons hingga $4,423 di kuartal kedua tahun 2026 karena pemangkasan suku bunga the Fed masih berlanjut hingga tahun depan. Bank tersebut juga memperkirakan bahwa perak juga akan mengalami kenaikan nilai, dengan memperkirakan bahwa harga akan mencapai $39/ons pada akhir tahun 2025.
Namun perlu diwaspadai, tahun 2026 dapat menjadi titik balik bagi harga emas untuk turun. Hal itu dilatar belakangi oleh potensi masuknya investasi ke pasar saham, sebagai akibat dari membaiknya pertumbuhan ekonomi global setelah Q2 2026. Namun demikian, tetap perlu berhati-hati terhadap risiko makroekonomi dan geopolitik yang sangat cepat berubah.
- Octa Investama Berjangka (OIB) menyediakan pelatihan tanpa dikenakan biaya, disamping itu Anda akan mendapatkan AKUN DEMO yang dapat digunakan untuk latihan bertransaksi terhadap produk komoditas, index saham global maupun pasar keuangan melalui Bursa Berjangka secara live. OIB merupakan perusahaan yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut: octa.co.id