octa vaganza

2022, Gapki Proyeksi Produksi Sawit Indonesia Capai 53,8 Juta Ton

JAKARTA—Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono menyampaikan proyeksi optimis jika produksi CPO pada 2022 akan menembus 49 juta ton, sementara minyak kernel sawit atau PKO mencapai 4,8 juta ton sehingga total produksi sebesar 53,8 juta ton.

“Volume ini tumbuh sebesar 4,87 persen daripada total produksi 2021 yang berjumlah 51,3 juta ton,” ujar Mukti dalam siaran persnya, Jumat (28/1/22).

Dengan demikian diprediksi produksi minyak sawit mentah atau CPO Indonesia naik setelah sempat turun pada 2021 .

Meskipun demikian kata Mukti, kinerja produksi masih diwarnai ketidakpastian dan sangat ditentukan oleh kondisi pada semester I/2022.

Ungkap dia, produksi minyak sawit memperlihatkan anomali pada 2021. Produksi yang umumnya lebih tinggi pada semester II justru mengalami penurunan dibandingkan dengan semester I/2021.

Itu sebabnya, Mukti mengingatkan  produksi semester I/2022 akan menjadi petunjuk apakah penurunan produksi akan terus berlanjut atau akan terjadi kenaikan.

Pemupukan yang terkendala tahun lalu akibat kelangkaan dan kenaikan harga pupuk akan memengaruhi produktivitas dan produksi 2022. Cuaca ekstrem basah yang terjadi awal 2022 tidak hanya berpengaruh ke produksi di semester I/2022, tetapi juga di semester II/2022.

Di tingkat global, pasokan minyak nabati (oilseed) juga masih diwarnai ketidakpastian. Harga minyak nabati pada Desember 2021 lebih tinggi daripada harga pada Desember 2020, tetapi lebih rendah dari harga November 2021.

“Selama Januari 2022, harga minyak nabati cenderung naik kembali. Fluktuasi harga ini disebabkan oleh banyaknya faktor ketidakpastian baik dari segi produksi maupun permintaan minyak nabati,” tutup Mukti.

Produksi oilseed pada 2022 diperkirakan melimpah meskipun kekeringan di Amerika Selatan masih menjadi faktor yang harus diperhatikan karena bisa menjadi pemicu penurunan produktivitas. Sayangnya, melimpahnya produksi oilseed tidak lantas akan meningkatkan pasokan minyak nabati.

Mukti mengatakan harga oilmeal yang kurang menarik akan menjadi salah satu faktor yang menghambat normalisasi pasokan, di samping untuk pemulihan stok oilseed yang terkuras pada 2021. Mukti menjelaskan volume produk minyak sawit yang diekspor Indonesia juga berpotensi turun pada 2022, imbas dari kenaikan konsumsi domestik.


Exit mobile version